Thursday, September 18, 2008

POSITIVE THINKING

“Kalau saja kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Dia memberimu rizki sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung. Di pagi hari burung itu pergi (mencari rizki) dengan perut kosong, dan datang pada sore hari dengan perut kenyang”. H.R. al-Tirmidzi.

Sebuah ungkapan yang baik sekali disampaikan oleh Rasulullah SAW. bahwa dalam hal bertawakkal kita disuruh untuk belajar dari perilaku burung. Burung itu dengan riang gembira, berkicau merdu di pagi hari sebelum menunaikan tugasnya mencari nafkah, dengan suatu harapan akan menghasilkan rizki yang cukup dalam kepergiannya nanti. Tidak ada rasa khawatir, bimbang dan sedih walau anak-anak dan dirinya sendiri masih lapar. Pada sore hari, setelah terbang ke sana kemari mencari rizki, akhirnya burung tersebut dapat mengisi perutnya bahkan ada yang dapat dibawa ke rumah untuk anak-anaknya. Demikianlah dilakukan burung setiap hari.

Seekor binatang yang tidak mempunyai akal mampu bekerja dan menghasilkan suatu hasil yang baik karena bekerja dengan penuh tawakkal. Manusia yang mempunyai pikiran untuk menabung, mengeksploitasi, membudidayakan, atau memproduksi justru sering kehilangan kepasrahan dirinya kepada Allah. Bahkan tidak jarang mereka mempunyai negative thingking (suudzan) kepada Allah, ketika usaha kerasnya belum membuahkan hasil yang nyata. Manusia gampang sekali bersedih ketika perutnya kosong, ketika badannya sakit, ketika usahanya gagal, dan ketika jabatannya hilang.

Hal demikian diungkapkan dalam sebuah ayat: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila dia mendapatkan kebaikan ia amat kikir”. (Q.S. al-Ma’ârij/70: 19-27).

Resep mujarab yang diajarkan oleh Rasulullah agar kita tidak mudah susah adalah dengan melatih diri untuk bertawakkal, yaitu memasrahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah. Kita dituntut bekerja keras, berusaha semaksimal mungkin, dan berjuang tanpa henti. Setelah itu kita serahkan segala hasilnya kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baik Penolong, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Tawakkal tentu bukanlah berpangku tangan, bermalas-malasan, dan hanya menengadakan tangan meminta-minta.

Kita dituntut untuk selalu berpikiran positif (husnudzan) dalam hidup, tidak mudah putus asa, tidak mudah menyerah, dan tidak berkeluh kesah. Bila pikiran positif yang selalu ada dalam diri kita, maka kita tidak mudah berburuk sangka, walau mungkin saja ada suatu musibah yang menimpa kita. Pikiran positif artinya memandang segala yang terjadi pada kita dengan pandangan yang baik. Apabila ada nikmat yang diberikan, maka selalu disyukuri dan apabila ada musibah yang menimpa selalu dihadapi dengan tabah.

Begitulah yang dilakukan para nabi dan para wali Allah. Oleh karena itu ketika siksa bakar diberikan kepada Nabi Ibrahim, dan serangan kaum musyrikin ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW., mereka tetap bertawakkal sambil berucap: Hasbunallâh wa ni’mal wakîl (cukuplah bagi kami Allah sebagai penolong, dan Dia adalah sebaik-baik wakil)”, lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâh (tiada daya dan kekuatan kecuali bagi Allah). Kita dianjurkan untuk selalu berdoa dengan do’a tersebut agar kita ditolong Allah di saat-saat paling sulit sekalipun.

Kegagalan kita dalam berusaha dan membangun diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa kita, jangan-jangan karena watak saling mencurigai yang selalu kita kembangkan. Kita mudah sekali mencurigai orang, berburuk sangka, pada setiap prestasi yang dikembangkan oleh orang lain. Kita mudah sekali menuduh orang lain sebagai sumber masalah, sumber malapetaka dan sumber bencana.

Watak jelek itu bahkan tidak jarang kita tuduhkan kepada diri sendiri dan kepada Pencipta kita. Bila pikiran negatif yang kita kembangkan, maka seorang yang datang dengan tulus memberi makanan, umpamanya, pasti akan dicurigai secara negatif. Kenapa tidak kita kembangkan sikap baik sangka dengan menggunakan pikiran positif dan membuang jauh-jauh semua pikiran negatif. Bukankah Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang selalu curiga kepada orang lain, dia akan mati dengan sia-sia”. Dengan berpikiran positif kita dapat hidup damai, tenteram, dan bahagia. Tapi dengan berpikir negatif kita selalu susah, gelisah, dan sengsara. Wallâhu A’lam.

No comments: