Friday, September 26, 2008

JALAN MENDAKI PENUH PERJUANGAN

Manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih pilihan hidupnya. Dia bebas menentukan jalan yang harus ditempuh. Hanya saja pada setiap pilihan, terdapat tanggung jawab atas pilihannya itu. Allah memberikan kepada manusia dua jalan (najdain) yang dapat dipilih , yaitu jalan kejelekan dan jalan kebaikan (najd al-syar dan najd al-khair). Bila jalan pertama yang ditempuh, masuklah ia ke dalam kesengsaraan, dan bila jalan kedua yang ditempuh, maka masuklah ia ke dalam kebahagiaan.

Meskipun manusia bebas memilih pilihannya, namun Allah menganjurkan agar yang dipilih adalah jalan kebaikan (najd al-khair). Jalan kebaikan itu dilukiskan sebagai jalan mendaki yang sulit (al-‘aqabah) (al-Balad:11). Hal itu karena untuk mendapatkan kebahagiaan, seseorang harus menempuhnya dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, baik dengan tenaga, harta, dan bahkan dengan jiwa.

Bukankah hidup adalah aqidah dan perjuangan (inna al-hayata ‘aqidah wa jihad), sebagaimana yang dikatakan seorang penyair Mesir, Syauqi Bek. Kita terkadang kurang sabar, ingin mengambil jalan pintas, mencari yang enak-enak, tanpa menyadari bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan harus didahului dengan perjuangan berat, menapaki jalan-jalan sulit yang penuh onak dan duri.

Di antara jalan mendaki yang sulit itu adalah (1) memerdekakan budak, (2) memberi makan orang yang sedang dalam kelaparan, (3) memelihara anak yatim, (4) dan memperhatikan nasib fakir miskin.

Budak adalah gambaran dari seorang yang tidak memiliki kebebasan, berada dalam penindasan, terbelenggu dalam tekanan dan himpitan, baik berupa tekanan fisik, jiwa, mental, ekonomi, sosial, atau tekanan kekuasaan. Meskipun sekarang budak sudah tidak ada tapi orang-orang yang berada di dalam tekanan layaknya budak masih sering kita dapatkan di dalam masyarakat. Untuk membebaskan orang-orang yang berada di dalam tekanan sungguh merupakan perkara sulit yang membutuhkan pengorbanan, bukan hanya pengorbanan harta tetapi terkadang jiwa pun ikut terancam. Maka membebaskan budak (orang yang berada dalam tekanan) termasuk jalan mendaki yang sulit (al-‘aqabah).

Memberi makan orang yang kelaparan adalah jalan kebaikan. Ketika ada orang yang sangat membutuhkan, sedang kelaparan, kemudian datang orang yang menolong, mengulurkan tangannya untuk memberi makan. Orang tersebut akan senang dan berterima kasih. Tidak semua orang yang kaya mau melakukan hal itu, karena dengan memberikan sebagian hartanya kepada orang yang memerlukan, dia merasa hartanya akan berkurang, takut habis, dan hawatir jatuh miskin seperti orang yang hendak diberi. Maka kerelaan untuk membantu orang yang kelaparan merupakan sebuah pengorbanan yang sulit.

Anak yatim memang merupakan beban, karena yang tadinya menjadi tanggungan orangtuanya kini menjadi tanggungan kita. Beban itulah bagian dari jalan mendaki yang sulit (al-aqabah) yang akan mendatangkan kebahagiaan. Rasulullah SAW bersabda bahwa dirinya dan orang yang memelihara anak yatim itu nanti di surga ibarat dua jari yang saling berdekatan. Inilah gambaran betapa terhormat orang yang memelihara anak yatim.

Dalam masa krisis seperti sekarang ini, banyak sekali orang yang berada dalam kesulitan. Jumlah orang yang miskin semakin banyak. Banyak orang yang kehilangan rumah tinggal, keluarga, dan harta benda, akibat kerusuhan, dan bencana di beberapa tempat. Hari-hari sulit seperti ini mengundang kita untuk peduli kepada mereka, meskipun kita sendiri juga mendapatkan kesulitan. Bila kita rela berkurban untuk mereka dengan memberikan sebagian harta untuk meringankan beban mereka, walau terasa sulit, maka Allah akan memberi balasan besar.

Kemudian yang terpenting dari apa yang telah diinfaqkan adalah bahwa perbuatan itu dilakukan atas dasar iman yang kuat dalam dada, bukan karena ingin mendapatkan sanjungan dari orang. Perbuatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan demi mendapatkan ridha dari Allah. Amal kebaikan itu dilakukan dalam rangka mengajak orang lain yang sedang berada dalam kesulitan untuk lebih bersabar dan tabah dalam menjalani hidup. Kemudian melakukannya dalam rangka memupuk rasa kasih sayang dan saling tolong menolong. Yang kuat mengasihi yang lemah, yang kaya menyantuni yang miskin, yang pandai mengajari yang bodoh dan seterusnya.


*)Di tulis oleh Dr. H. Shobahussurur, M.A.; Ketua Takmir Masjid Agung Al Azhar

No comments: