Monday, December 27, 2010

Sukses Jadi Manajer Keuangan Keluarga


Dalam sebuah perkawinan, istri sering mendapat tugas sebagai manajer keuangan keluarga. Mengelola keuangan keluarga mungkin tak semudah yang diangankan. Tapi, jika Anda sukses melakukannya, kehidupan yang lebih menyenangkan siap menanti. Simak tips pengelolaan keuangan untuk para ibu berikut ini.

1. Uang adalah kepentingan bersama
Ketahui dengan pasti jumlah pemasukan, tabungan, juga cashflow bulanan keluarga. Luangkan waktu sekitar 15 menit untuk duduk bersama suami dan buat anggaran belanja serta mengevaluasi ke mana "larinya" uang Anda berdua dalam sebulan ini. "Meski Anda tidak punya pengalaman dalam mengatur keuangan, namun dua kepala selalu lebih baik dalam hal pengaturan uang," kata Janet Bodnar, penulis buku Money Smart Women.

2. Uangmu, Uangku, dan Uang Kita
Rekening bersama merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk membayar pengeluaran keluarga, seperti cicilan rumah, membayar tagihan listrik, atau biaya membeli susu anak. Bila disepakati, Anda dan suami bisa memiliki rekening terpisah untuk keperluan yang sifatnya pribadi, seperti ke salon, arisan, atau makan siang dengan teman.

3. Penuhi kewajiban
Hutang termasuk dalam salah satu problem keuangan yang serius bila tak segera diatasi. Itu sebabnya, masukkan pos pengeluaran ini dalam anggaran pengeluaran rutin, misalnya pembayaran tagihan kartu kredit. Bila jumlah hutang terlalu besar, stop pengeluaran lain yang tidak penting dan kendalikan diri untuk tidak membeli barang secara kredit.

4. Sedia payung sebelum hujan
Sebagai manajer keuangan keluarga, Anda juga perlu membuat langkah-langkah untuk menyiapkan dana darurat, anggaran kesehatan atau dana pendidikan. Sisihkan uang Anda (lebih besar lebih baik) untuk pos tabungan, asuransi kesehatan, juga dana pendidikan Si Kecil. Bila anak Anda belum memasuki usia sekolah, persiapkan dengan memiliki tabungan, asuransi pendidikan, atau memilih investasi jangka panjang.

Cegah Uang Jadi Penyebab Retaknya Rumah Tangga


Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Socio-Economics menemukan bahwa wanita lebih sering bertengkar dengan pasangannya mengenai uang ketimbang masalah lain. Bahkan menurut Brad Klontz, psikolog dan terapis bidang keuangan mengatakan, setiap kita memiliki cara pengaturan uang sendiri yang terbentuk sejak kecil. Tak heran, bisa terjadi perbedaan antara pasangan mengenai pengaturan keuangan. Jangan sampai hal itu menjadi penyebab utama retaknya rumah tangga Anda.

Belinda Fuchs, pelatih keuangan asal Boston mengatakan, "Pasangan yang tidak menyisihkan waktu untuk mengerti dan berbicara dengan satu sama lain mengenai caranya mengatur keuangan, kebiasaan, dan sikap melihat uang akan saling menghakimi, menyalahkan, dan mengeluhkan sikap pasangannya. Tak lama, pasangan yang menghadapi masalah ini akan saling mendiamkan, malas berkomunikasi, menghindar, dan menutupi masalah tentang uang. Hasil akhirnya, sama-sama stres, saling bertengkar, dan 'perselingkuhan uang', kemudian hubungannya pun tenggelam."

Sebelum itu semua terjadi, cobalah untuk terbuka dengan pasangan mengenai keuangan keluarga. Berikut adalah 3 langkah yang bisa Anda lakukan untuk menciptakan keharmonisan keuangan dalam keluarga:

1. Belajar untuk membicarakan masalah keuangan

Jika perlu, menyelamlah ke dalam diri Anda sendiri. Pelajari bagaimana dulu orangtua Anda mengajarkan tentang keuangan. Diskusikan ketakutan Anda tentang keuangan kepada si dia, utarakan apa gol hidup Anda, dan bagaimana uang bekerja dalam keluarga Anda. Cari waktu yang tenang untuk mulai membicarakan hal ini.

"Terimalah pasangan Anda sebagaimana adanya, termasuk dan terutama soal cara mereka memandang uang, kepercayaan, dan sikap terhadap uang. Ciptakan sebuah perbincangan yang hangat, aman, dan terbuka satu sama lain mengenai uang dan masa depan finansial Anda, lalu ciptakan sebuah rencana mengenai keuangan keluarga Anda," saran Fuchs.

2. Gunakan alat keuangan untuk mengukur perkembangan

Saat ini ada pelbagai alat keuangan yang secara gratis bisa Anda gunakan di internet untuk mengkontrol keuangan Anda. Dengan begini Anda akan selalu terkontrol untuk mendeteksi uang apa saja yang keluar secara otomatis dan apa yang tidak, sehingga Anda bisa mendapatkan gambaran tentang sisa uang yang bisa digunakan untuk barang-barang sekunder atau tersier setiap bulannya.

3. Sepakati seberapa banyak masing-masing boleh menggunakan uang sisa tanpa konsultasi

Anda pasti punya kerinduan untuk menggunakan uang pada hal-hal yang sekunder atau tersier, seperti ke salon, beli sepatu hak tinggi, dan lainnya. Setelah semua urusan keuangan utama terbagi rata dan uang tabungan pun aman, uang yang tersisa berarti bisa dibagi 2 dan dijadikan uang saku bulanan. Putuskan dengan si dia, seberapa banyak uang yang boleh dihabiskan untuk memanjakan diri tanpa harus mendiskusikan penggunaan uangnya dengan pasangan. Dengan menentukan jumlah uang yang bisa digunakan secara pribadi tanpa harus mendiskusikan dengan pasangan akan membantu menilai dan merangkai perencanaan keuangan yang lebih besar. Jika mendapati kesulitan untuk memutuskan angka yang tepat untuk hal ini, berarti sudah saatnya memanggil terapis atau ahli keuangan.


NAD

Editor: Nadia Felicia

Tuesday, December 21, 2010

Kenali 10 Tanda Dini Kanker Prostat!


Kanker prostat adalah salah satu dari 10 penyakit tersering yang menimpa pria. Sayang, para pria kerap tidak sadar dengannya sampai penyakit ini menyebar dan makin sulit diterapi.
Bisa jadi ini akibat terlalu banyaknya gejala yang ada. Setidaknya, ada cara mengenali gejala kanker prostat. Mari kita lihat tanda-tanda berikut ini :

1. Sulit berkemih
Bisa berupa perasaan ingin berkemih tapi tidak ada yang keluar, berhenti saat sedang berkemih, ada perasaan masih ingin berkemih atau harus sering ke toilet untuk berkemih karena keluarnya sedikit – sedikit. Gejala ini akibat membesarnya kelenjar prostat yang ada di sekitar saluran kemih karena ada tumor di dalamnya sehingga mengganggu proses berkemih. Kelenjar prostat akan makin besar seiring bertambahnya usia seseorang. Karena itu, periksa diri ke dokter untuk membedakan apakah hanya pembesaran prostat ataukah kanker.

2. Nyeri saat berkemih
Problem ini juga akibat adanya tumor prostat yang menekan saluran kemih. Namun, nyeri ini juga bisa merupakan gejala infeksi prostat yang disebut prostatitis. Bisa juga tanda hiperplasia prostat yang bukan merupakan kanker.

3. Keluar darah saat berkemih
Gejala ini jarang terjadi, namun jangan diabaikan. Segeralah periksa ke dokter meski darah yang dikeluarkan hanya sedikit, samar – samar atau hanya berwarna merah muda. Kadangkala infeksi saluran kemih juga bisa menyebabkan gejala ini.

4. Sulit ereksi atau menahan ereksi
Tumor prostat bisa saja menyebabkan aliran darah ke penis yang seharusnya meningkat saat terjadinya ereksi menjadi terhalang sehingga susah ereksi. Bisa juga menyebabkan tidak bisa ejakulasi setelah ereksi. Tapi sekali lagi, pembesaran prostat bisa saja menyebabkan munculnya gejala ini.

5. Darah pada sperma
Gejala ini, seperti darah pada urin, bisa timbul tidak terlalu jelas. Darah tidak dalam jumlah banyak dan hanya menyebabkan warnanya berubah menjadi merah muda. Meski begitu patut diwaspadai

6. Sulit Buang Air Besar (BAB) dan ada masalah saluran pencernaan lainnya
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan di depan rektum. Akibatnya, bila ada tumor pencernaan akan terganggu. Namun perlu diingat, sulit BAB yang terus menerus terjadi juga bisa menyebabkan pembesaran prostat karena terjadi tekanan pada kelenjar secara terus menerus. Sulitnya BAB dan gangguan saluran cerna bisa juga mengindikasikan kanker usus besar.

7. Nyeri terus menerus di punggung bawah, panggul atau paha dalam bagian atas
Sering, kanker prostat menyebar di wilayah-wilayah ini, yaitu pada punggung bawah, panggul dan pinggul sehingga nyeri yang sulit dijelaskan di bagian ini bisa menjadi tanda adanya gangguan

8. Sering berkemih di malam hari
Jika Anda sering terbangun di malam hari lebih dari sekali hanya untuk berkemih, periksalah segera ke dokter.

9. Urin yang menetes atau tidak cukup kuat
Gejala ini mirip inkontinensia urin (ngompol). Urin tidak dapat ditahan hingga perlahan keluar dan menetes. Atau kalau pun keluar aliran tidak cukup kuat.

10. Usia di atas 50 dan mempunyai faktor resiko
Karena tidak menimbulkan gejala maka pria yang memiliki faktor risiko sebaiknya memeriksakan diri secara rutin. Faktor risiko ini termasuk adanya anggota keluarga yang menderita kanker terutama jika itu sang ayah, obesitas/kegemukan dan merokok merupakan salah satu faktor risiko kanker prostat.

oleh dr. Intan Airlina Febiliawanti di kompas health

6 "Screening" Kesehatan Wajib Pria


Melakukan screening kesehatan pada saat yang tepat merupakan hal penting yang harus dilakukan pria demi kesehatannya. Dengan melakukan check up kesehatan, penyakit akan ditemukan lebih dini, bahkan sebelum muncul gejala, sehingga lebih mudah ditangani dan kemungkinan sembuhnya lebih besar. Misalnya saja, jika ditemukan diabetes sejak awal, komplikasi seperti hilangnya penglihatan atau impotensi masih bisa dicegah.
Apa saja cek kesehatan yang wajib untuk para pria?

1. Kesehatan prostat

Kanker prostat merupakan kanker yang paling banyak dialami pria. Biasanya kanker ini tergolong lambat berkembang meski ada juga tipe yang agresif dan cepat berkembang. Dengan screening, dokter akan menemukan penyakit ini sejak dini sehingga terapi yang diberikan lebih efektif.
Pemeriksaan prostat disarankan untuk pria berusia di atas 45 tahun atau lebih muda jika ada riwayat keluarga menderita penyakit ini. Jenis pemeriksaan yang banyak dilakukan adalah tes prostate specific antigen (PSA) melalui tes darah.

2. Kanker kolorektal

Kematian akibat kanker kolorektal berada di urutan kedua. Risiko pria untuk menderita kanker ini lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Penyakit ini biasanya terjadi akibat pertumbuhan polip pada usus besar. Setelah sel kanker tumbuh biasanya akan menyebar ke seluruh bagian tubuh.
Cara mencegah penyakit ini adalah menemukan dan mengangkat polip dari kolon sebelum mereka berkembang menjadi sel kanker. screening kanker kolon dianjurkan sejak seorang pria memasuki usia 50 tahun.

3. Tekanan darah

Risiko untuk menderita tekanan darah tinggi akan meningkat seiring dengan usia. Pada orang yang lebih muda risikonya juga tinggi jika menderita kegemukan dan bergaya hidup tidak sehat. Hipertensi bisa memicu penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, serta ginjal.
Tekanan darah yang normal biasanya kurang dari 120/80 dan dianggap tinggi jika tekanannya 140/90 atau lebih. Lakukan pengukuran tekanan darah secara teratur.

4. Kadar kolesterol

Dalam jumlah yang tinggi, kolesterol jahat (LDL) bisa menyebabkan terbentuknya plak di dinding arteri yang akan memicu serangan jantung. Ateroklerosis, pengerasan dan penyempitan pembuluh darah, bisa berlangsung bertahun-tahun tanpa gejala.
Minimal lakukan tes darah setahun sekali untuk mengetahui kolesterol total, LDL dan HDL (kolesterol baik), serta trigliserida. Perubahan gaya hidup, seperti berolahraga dan mengurangi konsumsi lemak, biasanya cukup efektif menurunkan LDL.

5. Gula darah

Sepertiga penderita diabetes tidak menyadari penyakitnya. Padahal diabetes yang tidak terkendali bisa memicu berbagai penyakit, seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, hingga impotensi. Hal ini tak perlu terjadi, terutama jika penyakit ini ditemukan sejak dini.
Pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah sewaktu sebaiknya rutin dilakukan setiap tiga tahun sekali oleh pria berusia 40 tahun. Apabila Anda memiliki risiko lebih tinggi (kegemukan atau punya riwayat keturunan), lakukan cek gula darah lebih awal dan lebih sering.

6. HIV

HIV merupakan virus penyebab AIDS. Virus ini hidup dalam darah serta cairan tubuh dari orang yang terinfeksi meski orang tersebut tidak merasakan gejala. HIV menyebar dari satu orang ke orang lain melalui cairan yang masuk melalui kontak vagina, daerah anal, mulut, mata, atau luka terbuka di kulit.
Orang yang terinfeksi HIV bisa tidak merasakan gejala apa pun selama bertahun-tahun. Cara untuk mengetahuinya adalah dengan memeriksakan darah. Apabila Anda merasa berisiko tinggi tertular, yakni pernah memakai jarum suntik tidak steril atau melakukan hubungan seksual berisiko (tanpa kondom dan berganti pasangan), lakukan pemeriksaan HIV.

Monday, December 6, 2010

Tujuh Kiat Tinggalkan Maksiat


Bahkan di saat istirahat dan di tempat yang kita anggap aman dari gangguan mata, masih saja ada kesempatan bermaksiat

“Tiada hari tanpa maksiat”, kata ini mungkin lebih tepat untuk suasana hidup di zaman ini. Di kantor, di kampus, di jalan, bahkan di rumah sendiri, fasilitas maksiat tersedia.

Di kantor, godaan maksiat ada di mana-mana. Teman, orang luar, bahkan diri sendiri. Jika tidak karena iman, bukan mustahil akan mudah bermaksiat di hadapan Allah baik dengan terang-terangan atau tersembunyi. Kesempatan terbuka luas. Jadi kasis kita bisa memanipulasi uang, jadi pemasaran kita bisa memanipulasi dan korupsi waktu.

Televisi kita 24 jam menyediakan tontonan penuh fitnah dan umbar aurat. Bahkan di saat istirahat dan di tempat yang kita anggap aman dari gangguan mata, masih saja ada kesempatan bermaksiat.

Memang, meninggalkan maksiat adalah pekerjaan yang tidak ringan. Ia lebih berat daripada mengerjakan taat (menjalankan yang diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya), karena mengerjakan taat disukai oleh setiap orang, tetapi meninggalkan syahwat (maksiat) hanya dapat dilaksanakan oleh para siddiqin (orang-orang yang benar, orang-orang yang terbimbing hatinya).

Terkait dengan hal tersebut Rasulullah Sallallahu aalaihi wa sallam. bersabda: "Orang yang berhijrah dengan sebenarnya ialah orang yang berhijrah dari kejahatan. Dan mujahid yang sebenarnya ialah orang yang memerangi hawa nafsunya."

Apabila seseorang menjalankan sesuatu tindak maksiat, maka sebenarnya ia melakukan maksiat itu dengan menggunakan anggota badannya. Orang yang seperti ini sejatinya telah menyalahgunakan nikmat anggota tubuh yang telah dianugerahkan Allah pada dirinya. Dalam bahasa lain dapat dikatakan, ia telah berkhianat atas amanah yang telah diberikan kepadanya.

Setiap kita berkuasa penuh atas anggota tubuh kita, pikiran dan jiwa kita. Akan tetapi, terkadang, kita begitu susah menggendalikan apa yang menjadi ‘milik kita’ itu. Tangan, mata, kaki dan anggota tubuh yang lain, kerap bergerak diluar kendali diri, yang tak jarang bertentangan dengan idealisme atau nilai-nilai keyakinan yang kita anut dan kita yakini. Padahal, rekuk relung kalbu kita bersaksi bahwa semua anggota tubuh itu, kelak akan menjadi saksi atas segala perbuatan kita di Padang Mahsyar.

Firman Allah SWT : "Pada hari ini (Kiamat) Kami tutup mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian lah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan (di dunia dahulu)." (Yassin: 65).

Bagaimana agar kita selamat dari maksiat?

Di bawah ini beberapa ikhtiar, yang bila dijalankan secara sungguh-sungguh, insya Allah membawa faedah.

1. Menjaga Mata

Peliharalah mata dari menyaksikan pemandangan yang diharamkan oleh Allah SWT seperti melihat perempuan yang bukan mahram. Hindari, atau minimal kurangi-- untuk pelan-pelan tinggalkan sejauh-jauhnya-- melihat gambar-gambar yang dapat membangkitkan hawa nafsu. Termasuk menjaga mata, janganlah memandang orang lain dengan pandangan yang rendah(sebelah mata/menghina) dan melihat keaiban orang lain.

2. Menjaga Telinga

Menjaga telinga dari mendengar perkataan yang tidak berguna seperti: ungkapan-ungkapan mesum/kotor/jahat. Poin kesatu dan kedua ini menjadi tidak mudah di saat di mana gosip telah menjadi komuditas ekonomi. Gosip telah menjadi kejahatan berjamaah yang dianggap hal yang lumrah dilakukan, dan wajib ditonton dan disimak. Kehadirannya disokong dana yang tidak sedikit, dimanajeri, ada penulis skenarionya, ada kepala produksinya, ada reporternya dan seterusnya.

Rasulullah S.A.W. bersabda : "Sesungguhnya orang yang mendengar (seseorang yang mengumpat orang lain) adalah bersekutu (di dalam dosa)dengan orang yang berkata itu. Dan dia juga dikira salah seorang daripada dua orang yang mengumpat."

Oleh karenanya, menjaga mata-telinga adalah pekerjaan yang memerlukan energi dan kesungguhan yang kuat dan gigih.

3.Menjaga Lidah

Lidah adalah anggota tubuh tanpa tulang yang kerap mengantarkan pada perkara-perkara besar. Kehancuran rumah tangga, pertengkaran sahabat karib, hingga peperangan antar negara, dapat dipicu dari sepotong daging kecil di celah mulut kita ini.

Rasulullah Saw. bersabda : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (Riwayat Athabrani dan Al Baihaqi)

Jagalah lidah dari perkara-perkara seperti berbohong, ingkar janji, mengumpat, bertengkar / berdebat / membantah perkataan orang lain, memuji diri sendiri, melaknat(mncela) makhluk Allah, mendoakan celaka bagi orang lain dan bergurau( yang mengandung memperolok atau mengejek) orang lain.

4. Menjaga Perut

Yang hendaknya selalu di ingat: perut kita bukan tong sampah! Input yang masuk ke dalam perut akan berpengaruh langsung/tidak langsung terhadap tingkah laku/sikap/tindakan kita. Karenanya, peliharalah perut dari makanan yang haram atau yang syubahat. Sekalipun halal, hindari memakannya secara berlebihan. Sebab hal itu akan menumpulkan pikiran dan hati nurani. Obesitas (kelebihan berat badan) adalah penyakit modern sebagai akibat lain dari tidak terkontrolnya urusan perut.

5. Menjaga Kemaluan

Kendalikan sekuat daya dorongan melakukan apa-apa yang diharam kan oleh Allah SWT. Firman Allah-Nya:"Dan mereka yang selalu menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau apa-apa yang mereka miliki (daripada hamba jariah) maka mereka tidak tercela." (Al Mukminun: 5-6)

6.Menjaga Dua Tangan

Kendalikan kedua tangan dari melukai seseorang (kecuali dengan cara hak seperti berperang, atau melakukan balasan yang setimpal). Katakan “stop”, pada tangan, ketika akan bertindak sesuatu yang diharamkan, atau menyakiti makhluk Allah, atau menulis sesuatu yang diharamkan atau menyakiti perasaan orang lain.

7.Menjaga Dua Kaki

Memelihara kedua kaki dari berjalan ke tempat yang diharamkan atau berjalan menuju kelompok orang atau penguasa yang zalim tanpa ada alasan darurat karena sikap dan tindakan itu dianggap menghormati kezaliman mereka, sedangkan Allah menyuruh kita berpaling dari orang yang zalim.

Firman Allah SWT. : "Dan jangan kamu cenderung hati kepada orang yang zalim, nanti kamu akan disentuh oleh api neraka." (Hud: 113)

Pintu-pintu bagi masuknya maksiat terbuka lebar pada ketujuh anggota tubuh di atas. Pun kunci-kuncinya ada dalam genggaman tangan kita untuk membendungnya. Jadi, semua kembali kepada manusianya. Tentu hamba Allah yang cerdik, adalah mereka yang mempergunakan amanah tubuh untuk senantiasa berjalan di atas rel keridhaan-Nya.

Akhirul kalam, ada sebuah hadits Nabi mengatakan, “Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya.” (Riwayat Abu Ya’li). Nah, bagaimana dengan kita?

Sambunglah dan Jangan Putus Tali Silaturahmimu!


Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan dan tali silaturahmi

Manusia adalah mahluk social yang selalu membutuhkan perhatian, teman dan kasih sayang dari sesamanya. Setiap diri terikat dengan berbagai bentuk ikatan dan hubungan, diantaranya hubungan emosional, sosial, ekonomi dan hubungan kemanusiaan lainnya. Maka demi mencapai kebutuhan tersebut adalah fitrah untuk selalu berusaha berbuat baik terhadap sesamanya. Islam sangat memahami hal tersebut, oleh sebab itu silaturahmi harus dilaksanakan dengan baik.

Sesungguhnya silaturahmi merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan memberikan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat, menjadikannya diberkahi di manapun ia berada, Allah swt memberikan berkah kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang segera maupun yang tertunda. Keutamaannya sangat banyak, profitnya melimpah, buahnya matang, pohon-pohonnya baik yang memberikan makanannya di setiap waktu dengan izin Rabb-nya.

Kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini.

Demikian banyak dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kaum muslimin bersilaturahmi. Bukankah silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang dituntut fitrah manusia?

Sesungguhnya sempurnalah dengannya keakraban, tersebar kasih sayang dengan perantaraannya, dan merata rasa cinta. Ia adalah bukti kemuliaan, tanda muru`ah, mengusahakan bagi seseorang kemuliaan, pengaruh, dan wibawa. Karena alasan itulah berlomba-lomba padanya orang-orang mulia yang berakal, maka mereka menyambung (tali silaturrahim) kepada orang yang memutuskan dan memberi kepada orang yang tidak mau memberi, serta bersifat santun kepada yang bodoh. Tidaklah nampak muru`ah kecuali ada padanya tali kekeluargaan yang disambung kembali, kebaikan yang diberikan, kesalahan yang dimaafkan, dan uzur yang diterima.

Larangan memutus

Silaturahim termasuk akhlak yang mulia. Dianjurkan dan diseru oleh Islam. Diperingatkan untuk tidak memutuskannya.
Allah Ta’ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahmi dalam sembilan belas ayat di kitab-Nya yang mulia. Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, diantara firmanNya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad :22-23).

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’:1).

Silaturahmi merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya, apa bila kita melaksanakan perintah tersebut disamping kita mendapatkan pahala juga akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang sangat banyak sekali, diantara keutamaan tersebut adalah :

Pertama, silaturahmi merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan tanda-tandanya.

Dari Abu Hurairah ra oa berkata, Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi". (HR Bukhori dan Muslim)

Kedua, silaturahmi adalah penyebab bertambah umur dan luas rizqi.

Dari Abu Hurairah t ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi." (HR Bukhori dan Muslim)

Ketiga, silaturahmi menyebabkan adanya hubungan Allah swt bagi orang yang menyambungnya.

"Sesungguhnya Allah swt menciptakan makhluk, hingga apabila Dia swt selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan.' Dia swt berfirman: 'Benar, apakah engkau ridha bahwa Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau? Ia menjawab, 'Bahkan.' Dia I berfirman, 'Itulah untukmu.'

Keempat, akan selalu berhubungan dengan Allah swt.

Dari Aisyah ra berkata, Rosulullah saw bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kelima, silaturahmi merupakan salah satu penyebab utama masuk surga dan jauh dari neraka.

Dari Abu Ayyub al-Anshari ra, sesungguhnya seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka. Maka Nabi saw bersabda : "Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi." (HR Bukhari dan Muslim)

Keenam, silaturahmi merupakan ketaatan kepada Allah swt dan ibadah besar, serta petunjuk takutnya hamba kepada Rabb-Nya, sehingga ia menyambung tali silaturahmi tatkala Allah swt menyuruh untuk disambung.

Firman Allah swt : "Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk." (QS. Ar-Ra'd :21)

Ketuju, silaturahim merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah swt.

Dari seorang laki-laki dari Khos’amm berkata: “Saya mendatangi Rasulullah sawsedangkan beliau sedang bersama salah seorang sahabatnya, aku berkata: kamu mengaku bahwa engkau adalah Rasulullah? Rasulullah saw menjawab: “iya”, aku bertanya: amalan apa yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab; “Beriman kepada Allah swt ”, aku bertanya lagi, kemudian apa lagi ? beliau menjawab : “kemudian menyambung silaturahmi”. (HR Abu Ya’la dengan sanan Jayyid)

Kedelapan, sesungguhnya ganjaran silaturahmi lebih besar dari pada memerdekakan budak

Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi saw sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: “Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: "Apakah sudah engkau lakukan?" Dia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya untukmu." (HR Bukhori dan Muslim)

Kesembilan, di antara besarnya ganjaran silaturahmi, sesungguhnya sedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain

Dari Salman bin 'Amir ra, dari Nabi saw beliau bersabda: "Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala: sedekah dan silaturahmi." (HR Tirmidzi)

Demikian pula dengan hadits Zainab ats-Tsaqafiyah, istri Abdullah bin Mas'ud ra, ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi saw: “Apakah boleh dia bersedekah kepada suaminya dan anak-anak yatim yang ada dalam asuhannya? Maka Nabi saw bersabda: "Untuknya dua pahala, pahala kekeluargaan dan pahala sedekah." (HR Bukhari dan Muslim)
Ancaman memutus silaturrahmi

Sebaliknya apabila meninggalkan silaturahmi maka akan mendapatkan ancaman dan akibat yang diperoleh. Di antara ancaman memutuskan silaturahmi adalah:

1. Tidak akan diterima amalnya

Dari Abu Hurairah ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya perbuatan anak cucu adam diperlihatkan pada setiap kamis malam jumat, maka tidak akan diterima amalnya orang yang memutus tali silaturahmi.” (HR Ahmad)

2. Akan terputus hubungannya dengan Allah swt.

Rosulullah saw bersabda, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya," [HR. Bukhari, dan Muslim].

3. Tidak termasuk golongan yang beriman kepada Allah swt dan hari akherat. Karena salah satu tanda keimanan seseorang adalah senantiasa meghubungkan silaturahmi.

4. Akan dilaknat oleh Allah dan dimasukan kedalam neraka jahanam.

Allah swt berfirman : “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). “(QS Ar’Rad : 25)

“Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”(QS Muhammad 22-23)

5. Tidak masuk surga

Dari Jubair bin Mut?im ra sesungguhnya Rosulullah saw bersabda, " Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan.". Sufyan berkata : “yaitu yang memutus hubungan tali silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Itulah beberapa keutamaan bagi orang yang melakukan silaturahmi dan ancaman bagi orang yang meninggalkannya.

Meniru Perilaku "Cinta"Nabi Ibrahim


Banyak pria rela mengorbankan nyawanya demi wanita. Tapi sedikit menunjukkan pengorbanan karena mengacu cinta agamanya
CINTA adalah anugerah yang Allah berikan kepada setiap makhluk-Nya, terkhusus manusia. Ketika rasa itu telah merasuk pada setiap diri bani Adam, maka semua yang diterima, atas konsekuensi cintanya, akan terasa indah lagi menyenangkan, sekalipun realitasnya balasan yang didapat sangat membebani fisik, pikiran dan perasaan. Menyitir pribahasa anak muda saat ini, “Kalau sudah cinta, tahi kucing pun terasa cokelat,” ujar mereka.

Ini merupakan satu ungkapan, yang berupaya menjelaskan akan keunikan cinta. Sehingga, hal yang sangat sukar sekalipun (tahi kucing), akan terasa seolah cokelat. Ya begitulah, tak ada istilah pamrih bagi orang yang sedang dimabuk cinta. Semua perjuangan yang dilakukan dibangun atas ‘keikhlasan’ yang tinggi, karena ingin membuktikan kebenaran cinta yang ada di dalam dada. Dan itu bukanlah sebuah kekeliruan. Justru, itulah ekspresi ataupun ‘akrobat’ dasar yang ditimbulkan cinta murni, yang tumbuh dari jiwa nan suci.

Ketika cinta tidak melahirkan ekspresi yang demikian dahsyat/spektakuler, maka patut dipertanyakan, apakah benar cinta yang dipersembahkan merupakan cinta yang tulus murni, atau, sebaliknya, hanya pemanis mulut saja, tapi hati berkata tidak? Istilahnya, ada udang di balik batu. Atau, yang lebih ekstrim lagi, munafik.

Untuk menakar kemurnian itu, bisa kita lihat dari tindak-tanduk sang pecinta dalam memenuhi hajat yang dicintai, ketika ‘sang-dipuja’ menuntut pengorbanan. Apabila dia melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh penuh semangat, ikhlas, tanpa keluh kesah, maka bisa diprediksi bahwa cintanya tulus dan murni.

Namun, apa bila yang terjadi justru sebaliknya, banyak protes, ogah-ogahan, baru menapaki jalan yang sedikit terjal sudah tidak kuat melangkahkan kaki barang setapak, maka, kita sendiri bisa mengecap, cinta model apakah ini?

Kisah Cinta Sejati Ibrahim pada Allah

‘Rumus’ (Menguji kemurnian cinta) di atas bisa kita temukan di al-Quran yang menjelaskan bahwa tidak lah cukup bagi seorang hamba membuktikan cinta (imannya) kepada Allah, hanya dengan mengungkapkan di bibir semata, bahwa dia telah beriman kepada Allah, kemudian mereka dibiarkan begitu saja. Sekali-kali tidak. Mereka perlu membuktikan akan keafsahan apa yang telah mereka ikrarkan. Karenanya, mereka akan diuji dengan beberapa ujian, sehingga nampaklah yang benar-benar beriman dan yang munafik di antara mereka.

Firman Allah: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji?. Dan sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al‘Ankabut:2-3).

Dalam perjalanan, tidak sedikit manusia yang gagal dalam menjalani ‘tes-tes’ kemurnian cinta, yang Allah berikan. Banyak di antara mereka yang ‘gugur’ di pertengahan jalan. Bahkan, tidak sedikit pula yang berjatuhan di saat ‘genderang’ ujian baru ‘ditabuh’. Potret pribadi-pribadi macam ini, sampelnya, bisa kita temukan pada sosok orang-orang munafik, yang memisahkan diri dari barisan pasukan perang kaum muslimin, pada perang Badar.

Saat itu, dengan mudahnya mereka menyatakan kesetian kepada baginda Rosul. Siap membela beliau baik dalam kondisi suka maupun duka, lapang ataupun sempit. Namun apa yang terjadi ketika ikrar tersebut diuji, mereka gagal. Nampak jelas kebusukkan hati mereka. Sumpah setia yang mereka umbar, hanyalah pemanis bibir semata. Sungguh, kecelakaan hiduplah bagi mereka.

Setali tiga uang, mereka yang sukses melewati ujian-ujian tersebut, pun banyak, meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit dari mereka yang gagal. Dan salah satu di antaranya adalah Nabi Ibrahim ’Alaihi Salam.

Nabi Ibrohim, selain mendapat gelar sebagai ‘Abu Al-Anbiya’ (Bapaknya para Nabi), beliau juga termasuk Nabi dalam kategori ‘Ulul ‘Azmi’. Tentu saja, sederet gelar tersebut tidak serta-merta menempel di pundaknya, tanpa melalui proses perjuangan yang tinggi.

Ujian cinta beliau terhadap Allah, sangatlah terjal. Namun, sekalipun demikian getirnya, dengan sabar dan disertai ketulusan yang sangat, hanya untuk mengharapkan ridho Allah, beliau hadapi ujian itu tanpa harus berkeluh-kesah.

Salah satu ujian yang harus beliau hadapi adalah menerima kenyataan, di mana perintah menyembelih anak semata wayangnya, Ismail. Padahal, jauh sebelum itu, ketika anak laki-laki tersebut masih dalam buaian, beliau tinggalkan bersama sang-ibu, di padang sahara yang tak ada aura kehidupan, tanpa bekal yang berarti.

Dan kini, setelah anak itu tumbuh dewasa menjadi pribadi yang sholeh, taat kepada orangtua, datanglah perintah untuk menyembelihnya. Siapa pun dia, sebagai orang tua, tentu galau menerima perintah demikian. Tak terkecuali Nabi Ibrahim. Karenanya, setelah mendapat mimpi demikian selama tiga kali, beliau kemudian menuturkan prihal mimpinya kepada sang-buah hati.

Subhanallah, setelah mendapat penjelasan dari sang-ayah, Ismail dengan mantap berujar, “Wahai ayahanda, sekiranya itu benar-benar perintah dari Allah, maka laksanakanlah. Mudah-mudahan engkau menemukanku termasuk orang yang bersabar.”

Singkat cerita, Ibrahim pun melaksanakan titah Allah SWT. Namun, dalam prosesnya kelak, Allah memrintahkan Ibrahim untuk mengganti penyembelihan Ismail, dengan binatang ternak (lembu). Dengan peristiwa ini, luluslah Ibrahim dari ujian cinta yang Allah berikan. Sebesar apapun cinta beliau terhadap Ismail, sebagai orang tua yang telah lama menanti kehadirannya, namun, tidak sebanding dengan cinta beliau kepada Allah. Karenanya, perintah penyembelihanpun beliau laksanakan, demi membuktikan kemurnian cintanya pada Allah. Inilah tauladan cinta sejati itu.

Bukan Cinta Buta

Cinta yang menghujam dalam diri Ibrohim, bukanlah cinta buta. Cinta yang beliau miliki adalah cinta murni nan tulus yang tumbuh dan memekar dalam hati (bukan dilandasi nafsu). Dan itu terjadi karena proses yang beliau lalui dalam menghadirkan cinta, itu benar, yaitu melalui pengenalan yang mendalam.

Kita tentu sangat akrab dengan pernyataan para pujangga, “Tidak kenal maka tidak sayang. Tidak sayang, maka tidak cinta”. Dan proses itulah yang telah melahirkan makrifat cinta Ibrohim yang begitu mendalam terhadap Tuhannya. Tak ubah pohon yang akarnya menghujam ke dasar tanah yang paling dalam, sehingga tidak mudah digoyahkan oleh badai sekalipun.

Hal tersebut, tersirat dalam proses pencarian Tuhan yang dilakukan Ibrohim. Dan keyakinan itu dipertabal kembali, dengan dikabulkannya permintaan/do’a Ibrohim, untuk menyaksikan secara nyata, bagaimana Allah menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya. Kemudian, Allah memerintahkannya untuk menyembelih beberapa ekor burung, kemudian, diletakkan di atas bukit. Ketika Ibrohim menyeru keduanya, mereka pun datang memenuhi panggilan. Subhanallah. Dengan peristiwa ini, tambah mengakarlah cinta Ibrohim kepada Allah.

Sebagai penutup, marilah kita intropeksi diri, sudahkah kita mengenal Allah, Tuhan kita, secara utuh, sehingga melahirkan mahabbah (rasa cinta) yang benar-benar terhadap-Nya? Sebab realitas saat ini, banyak orang mengaku Muslim, tapi mereka tampil sebagai penentang Tuhan yang mereka sembah. Boleh jadi hal ini disebabkan dangkalnya makrifat mereka terhadap Allah sehingga berdampak minimnya stok cinta yang mereka miliki. Banyak orang mengaku cinta pada agamanya dan cinta pada Allah, namun antara lisan dan hatinya tak sesuai dengan ucapannya. Banyak orang memburu wanita pujaanya, bahkan rela mengorbankan nyawanya sendiri. Namun ketika mereka mengaku cinta pada agama dan Tuhannya, tak mampu mengorbankan dirinya sebagai ungkapan "cinta" itu. Semoga bisa meniru Nabiullah Ibrahim alaihi salam.

Thursday, December 2, 2010

Terungkap, Penyebab Darah Tinggi


Meski dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi kemajuan penting dalam penanganan penyakit darah tinggi, namun para ahli belum mengetahui dengan pasti penyebab tekanan darah tinggi. Hingga para ilmuwan dari Inggris berhasil mengungkap adanya kesalahan mekanisme tubuh yang menyebabkan hipertensi.

Tekanan darah tinggi adalah istilah untuk menunjukkan kondisi di mana aliran darah pada arteri dirasa bertekanan terlalu tinggi. Tekanan darah akan dinyatakan tinggi jika angkanya konsisten pada angka 140 mm Hg per 90 mm Hg.

Menurut tim peneliti dari Universitas Cambridge dan Nottingham Inggris, tekanan darah dikontrol oleh hormon yang disebut angiotensis. Jika jumlah hormon itu terlalu banyak akan memicu pembuluh darah berkontrasi sehingga tekanan darah meningkat.

Para ilmuwan yang sudah 20 tahun bergelut mencari tahu hormon itu pada akhirnya berhasil mengungkap cara menghambat pergantian (switch) yang menyebabkan hormon menjadi over produksi sehingga tekanan darah tinggi bisa dicegah.

"Kami telah menemukan langkah pertama dari proses utama dalam pengendalian tekanan darah. Penemuan ini akan membuka kemungkinan strategi terbaru dalam penanangan dan pencegahan hipertensi," kata Profesor Robin Carrell dari Universitas Cambridge.

Ikhwal penemuan ini berawal dari riset yang dilakukan Carrell dan timnya mengenai pre-eklampsia, gangguan kehamilan akibat tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang bisa membahayakan nyawa. Diperkirakan tiap tahunnya 5000 ibu hamil meninggal karena kondisi tersebut.

Bawang Putih Atasi Hipertensi


Khasiat bawang putih dalam mencegah berbagai penyakit sudah lama menjadi perhatian para ilmuwan. Selain sebagai antikanker, ternyata bawang putih juga mampu mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi).

Para dokter di Austria merekomendasikan bawang putih sebagai tambahan selain obat medis untuk para pasien hipertensi. Mereka telah melakukan uji coba pada 50 pasien hipertensi untuk mengonsumsi suplemen bawang putih, selain juga tetap mengonsumsi obat-obatan medis.

Para pasien yang mendapat empat kapsul ekstrak bawang putih setiap hari memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan pil plasebo (pil yang tidak memiliki zat aktif).

Sebelumnya, penelitian juga telah membuktikan bahwa ekstrak bawang putih efektif menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi yang tidak tertangani.

"Suplemen bawang putih sudah lama dikaitkan dengan penurunan kadar tekanan darah. Dalam penelitian ini kami mencoba melihat manfaat ekstrak bawang putih sebagai terapi tambahan selain obat-obatan hipertensi dari dokter," kata Karin Ried, peneliti.

Kendati demikian, para peneliti menjelaskan bahwa suplemen bawang putih baru bisa dikonsumsi setelah mendapatkan saran dokter mengingat bawang putih bisa mengencerkan darah dan menimbulkan interaksi dengan beberapa obat-obatan medis.

Wednesday, December 1, 2010

pengantin Abadi


BismiLLahirrohmaanirroohiim...


Manusia dilahirkan dengan Cinta

Agama diturunkan dalam Cinta Dan hidup jadi indah dengan Cinta

Tapi Cinta dengan Cinta tidaklah sama

Ada Cinta karena Allah

Ada Cinta dalam panduan Setan


Dan Cinta akan selamat Dalam Panduan Zat Yang Punya Keselamatan

Jika Sarang Cinta adalah kalbu Maka dekatkan kalbu kepada Allah

Agar kalbu menjadi bersih Agar Cinta menjadi murni


Sedangkan Cinta antara laki-laki dan perempuan Adalah bagian dari perhiasan dunia

Kalau dirawat dengan Iman dan Taqwa Akan menjadi perhiasan akhirat


Dalam hati yang bertauhid Suami bukan pujaan Dan istri bukan idaman

Dalam tauhid Suami istri adalah teman berjamaah

Dalam mengagungkan Allah Suami adalah imam dan istri adalah makmum


Dalam keluarga yang mengagungkan Allah

Rumah akan dihiasi dengan keindahan shalat

Tempat tinggal akan diharumkan dengan aroma Alquran


Suami mencarikan nafkah istri akan menjadi amal shaleh

Istri tersenyum kepada suami akan menjadi sedekah

Alangkah indah hati yang beriman Cinta pun mekar dalam damai

Sehingga rumah menjadi cerminan surga Dan kalau suatu saat terpaksa bertengkar


Tidak membuat rumah tangga bubar Bertengkar dalam cinta sejati

Bertengkar yang diselimuti iman dan taqwa Akan memperbaharui cinta itu sendiri

Suami istri Dua butir embun Yang bersatu dalam sekuntum mawar

Suami mengucurkan keringat kerja Istri berdoa dalam hati yang berbunga

Langkah diayun bersama Menuju Ridha Ilahi


Dua jiwa bersatu dalam taqwa Akan menjadi mempelai cinta

Cinta akan segar sampai tua Bahkan ke sorga pun

Diatas perkampungan Yang kerikilnya terdiri dari batu-batu permata

Dalam ridha Allah, Akan tetap menjadi pengantin abadi ....~~


Amiin.....ya Rabbal alamin...~

Dunia Tanpa Tabayyun


Bismillahirrahmanirrahim...

Internet adalah dunia ketika semua orang bebas berekspresi, bebas menulis, bebas berbagi informasi. Kebebasan itu membuat dunia ini tak terbatas, menjadi begitu luas. Tulisan yang saya buat ini hanya berupa sebuah atom didalam sekumpulan besar artikel yang tertulis di alam maya ini. Cari saja tulisan ini secara manual (entah bagaimana caranya) di antara milyaran artikel di internet, hampir niscaya, tidak akan ketemu. Untungnya ada mesin pencari macam mBah Google..

Ingatkah orde baru? Ketika seluruh informasi begitu terbatas, semuanya begitu terkontrol, meski kebenaran pun menjadi bungkam di hadapan kontrol itu. Lalu reformasi, dan terbukalah arus informasi seluas-luasnya, sebebasnya, sebenar-benarnya kebenaran, hingga sebobrok-bobroknya kebobrokan, semua ditampilkan. Positif? iya! Negatif? Jangan tanya, iya banget!

Maka seperti itulah internet, kebebasan dengan segala ekses negatifnya. Semua orang bisa menulis, dengan atau tanpa kompetensi tentang masalah yang dituliskannya. Dan banjir informasi terjadi, internet menjadi literatur besar untuk segala hal, padahal penulis literaturnya belum tentu kompeten. Dan ternyata muslimin pun menjadikan internet sebagai literatur dalam pencarian ilmu tentang agama mereka.

Ketika saya mulai mengenal aktifitas dakwah islam sekitar enam tahun silam, dan mulai bergabung dalam lingkaran dakwah, saya bersemangat untuk mencari tahu tantang segala hal tentang Islam. Agama yang saya peluk dari kecil, namun sampai dengan enam tahun lalu, hanya sedikit yang saya ketahui tentang Dien ini, hingga saya bertemu dengan senior-senior di kantor yang kebetulan aktivis dakwah. Maka saya pun tertarik dalam pusaran itu, lalu tersadar bahwa pengetahuan islam saya begitu minim, atau bahkan nyaris tak tahu apa-apa.

Di tengah semangat saya yang menggebu untuk tahu tentang Islam, saya mencari tahu dari berbagai tempat tentang syariat, tentang fikih, tentang apapun. Maka Internet, dunia yang serba luas dan efisien, ketika itu menjadi tujuan saya untuk mencari tahu. Lalu tersuguhlah di hadapan saya informasi-informasi yang menjadi nutrisi bagi ruhiyah muslim saya.

Namun ada yang aneh, ada nutrisi busuk beraroma perpecahan! Ya, ada perpecahan di antara saudara-saudara muslim saya!

Artikel-artikel di situs-situs itu, di blog-blog yang berwarna islam, mengapa yang ini menjatuhkan ulama yang satu itu, menghujat jamaah yang lain…? Ada banyak alasan yang dibeberkan, fakta-fakta mereka tentang ulama-ulama yang ini dan itu, bahkan fakta-fakta itu membuat beliau-beliau dinisbati sebagai ahli bid’ah, sesat dan sebagainya. Ulama-ulama itu, saya kenal, namanya sering disebut-sebut di kajian yang saya ikuti.

Saya buka situs berwarna islam lainnya, isinya berbeda, membela ulama yang dihujat… namun… menjatuhkan ulama yang lain!!!

Beginikah ukhuwwah?

Lalu waktu-waktu berikutnya, ketika saya menyambangi warnet – herannya – justru situs-situs “islami” yang saling hujat itu yang saya kunjungi… saya amat-amati komentarnya… lalu saya terbawa dalam perseteruan… Hati saya membela ulama yang satu, menjatuhkan jama’ah yang lain. Pikiran saya sudah terbawa pada arus ukhuwwah model baru, ukhuwwah jama’iyyah, tidak ukhuwwah islamiyyah. Racun itu baru saya sadari sekarang, bahwa dahulu saya pernah ikut dalam perdebatan busuk itu.

Segala tulisan-tulisan macam itu memang benar racun adanya, saya pun memutuskan untuk berhenti dari perdebatan-perdebatan perusak ukhuwwah itu sejak beberapa tahun yang lalu. Hingga saat ini saya ingin menuliskannya.

Imam Ibnu katsir menyatakan bahwa wajib bagi seorang muslim jika mendengar isu langsung menolaknya dan berprasangka baik, dan jika terasa di hatinya ada hal tidak baik tapi ia tidak memiliki bukti-bukti maka haram baginya menyebarkannya, semoga dengan demikian ia masih diampuni berdasarkan hadits Nabi SAW:

“Sesungguhnya Alloh mengampuni ummatku apa-apa yang ada dalam hatinya, selama tidak ia ucapkan atau ia lakukan.”(HR Bukhari dan Muslim)

Maka sebelum memiliki bukti-bukti maka kita tidak bisa kita mempercayai hujatan-hujatan yang ditujukan untuk pihak-pihak tertentu, apalagi membenarkan tuduhan yang kita tidak tau apa-apa tentangnya, lalu menyebarkan ke blog atau link, atau apa saja agar dibaca orang lain.

“Tapi di artikel itu dibeberkan bukti-buktinya kok!!”… Artikel tetap saja artikel, tanpa ada bukti nyata, hanya tulisan dari pihak kedua atau pihak kesekian… padahal tabayyun harusnya dilakukan dengan pihk pertama, alias pihak yang dihujat…

Namun sayang justru inilah yang terjadi, sharing informasi yang asal saja, semangat dakwah yang tak memperhatikan rambu ukhuwah bernama tabayun… Bahkan seringkali, hanya sekadar sharing saja sudah sok mengetahui segalanya tentang pihak yang dihujat, seolah dia kenal segala sepak terjangnya dengan mata dan telinganya sendiri. Lalu ribut dengan komentar-komentar yang menyudutkan…

Ingatlah, berprasangka baiklah, lalu tabayun, jika memang tak bisa tabayun, maka tetap berprasangka baiklah! Mengumbar isu, tak membuat kita menjadi lebih baik, tak membuat kita menjadi lebih berilmu, lebih alim! Jika tidak bisa berbicara baik, lebih baik diam! Jika tidak bisa nulis yang baik, mending jangan nulis!

Setiap jama’ah adalah kumpulan manusia, maka setiap ijtihad wajib atasnya ihtimal al-khatha’ (mengandung peluang untuk salah), maka berprasangka baiklah! Jangan sampai dzon-dzon kita menggiring kita menjadi manusia yang disebutkan dalam Surah An-Nuur 11,

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”

Dan ingatlah sesungguhnya internet itu adalah dunia yang nyaris tanpa tabayyun, seringkali informasi beredar begitu cepat, dengan semangat berbagi yang membabi buta, hingga semua orang bebas menafsirkan, tanpa tahu lagi penyebar berita awalnya… maka tak ada kata lain selain berbaik sangkalah! sebab tabayyun tak lagi mungkin….

Wallahu'alam bi Shawwab.

Saturday, November 27, 2010

Muslimah Penentu Kemenangan Ummat

BUKANLAH suatu kebetulan bahwa Al-Qur’an menginformasikan kita di dalam surat Al-Qashash mengenai konflik antara Nabi Musa dan Firaun, lalu menjadikan wanita sebagai fokus titik tolak kebangkitan. Allah menyatakan, “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (Al-Qashash 5).

Maka, proses menjadikan orang-orang tertindas itu sebagai pemimpin merupakan inisiasi kebangkitan, yang dimulai dengan seorang wanita. Allah berfirman, “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men jadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Al-Qashash 7).

Dengan demikian, wanita menjadi titik fokus dari konflik kita dengan lawan-lawan kita. Potensi kemenangan dan kekalahan umat Islam sangat bergantung erat kepada wanita. Ini bukan kata-kata untuk ceramah ataupun puisi. Ini merupakan preposisi aksiomatik yang menjadi realita, dan harus mendapatkan perhatian lebih.

Tidak percaya? Kita bisa melihat bahwa sosok-sosok terbaik aset umat ini yang kebanyakan para laki-laki, mereka berada di penjara, diasingkan dari negeri mereka, atau berjuang habis-habisan dalam perjuangan mereka. Lantas, siapa yang akan menjaga keluarga dan merawat anak-anak, serta menunaikan sejumlah tugas domestik? Maka, tiada lain, jawabannya adalah para wanita muslim. Dan bersyukur kepada Allah, bahwa dakwah Islam sanggup untuk memenangi ‘pertempuran’.

…Islam sangat menghormati wanita dan mengapresiasinya dengan memberi hak pendidikan, kepemilikan harta, dan waris yang selaras dengan petunjuk syariat…

Di saat para mujahid Islam diperangi, keberadaan mereka satu persatu dihabisi, maka dakwah juga harus dipikul para muslimah. Kendati mereka dihadapkan pada kekurangan-kekurangan mereka. Hal ini dipahami dengan baik oleh musuh-musuh Islam. Tidak puas hanya dengan memberangus sosok-sosok laki-laki terbaik umat, mereka juga berupaya melemahkan kaum wanitanya. Mereka sepertinya sadar bahwa wanita kekuatan second line umat. Sebagai istri, para muslimah menjadi batu loncatan para suami untuk bisa melompat lebih tinggi. Lalu sebagai ibu, mereka adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sebagai anak, mereka sanggup menggembleng adik-adik mereka, dan menyemangati kakak-kakak mereka.

Belum selesai terlibat dalam konflik kebenaran vis a vis kebatilan, para muslimah sudah harus dihadapkan pada konflik lainnya. Ya, para pendengki tak ingin wanita muslim menjelma menjadi kekuatan signifikan. Sehingga mereka merasa perlu untuk menghadapkan para muslimah dengan berbagai konflik. Konflik selanjutnya terjadi ketika situasi yang dijalani para muslimah umat sangat tidak Islami, semisal –pertama— banyaknya pembatasan dan –kedua— interaksi sosial yang bertentangan dengan syariah.

Sebagai contoh, adanya pembatasan yang menghalangi para muslimah untuk mendapatkan pendidikan, hak kepemilikan harta, dan lain sebagainya. Atau merebaknya interaksi sosial bernuansa jahiliyah. Yang terakhir ini sangat berbahaya, karena memberi kesempatan kepada kaum liberal modern untuk merangkul para perempuan muslim miskin dan juga tidak berpendidikan. Para liberalis itu menginginkan agar wanita menjadi tak ubahnya sebuah produk yang dipajang dan dipamerkan.

Karena hal-hal di atas, setiap individu muslim yang terlibat dalam dakwah harus membebaskan masyarakat muslim dari dua bentuk jahiliyah tersebut. Bentuk pertama, alih-alih ingin menjaga wanita dari dampak buruk pergaulan kekinian, justru sampai mengharamkan sama sekali hak mencari ilmu, kepemilikan harta, dan lainnya. Sementara bentuk kedua terlalu bebas, sampai-sampai tidak mengindahkan syariat.

Jalan terbaik adalah jalan Islam yang hanif. Islam sangat menghormati wanita dan mengapresiasinya dengan memberi hak pendidikan, kepemilikan harta, dan waris yang selaras dengan petunjuk syariat. Di antara hal-hal yang harus diperjuangkan dalam rangka menutup jalan setan untuk menyebarkan bujuk rayunya adalah tingginya mahar (mas kawin) dalam pernikahan.

…Muslimah merupakan intisari dan pokok umat. Segala sesuatu yang merefleksikan kekurangan dan kelemahan para muslimah berpotensi menciptakan kekalahan serta kemunduran…

Muslimah merupakan intisari dan pokok umat. Segala sesuatu yang merefleksikan kekurangan dan kelemahan para muslimah berpotensi menciptakan kekalahan serta kemunduran. Maka kita harus menjaga setiap aspek tersebut dan memberinya perhatian yang layak. Kita mungkin sering menyaksikan para ikhwan gagal dalam perjuangan mereka. meski demikian, kita jangan sampai melihat para wanita muslim gagal dalam perjuangan mereka mendidik generasi muslim tangguh atau gagal dalam menopang perjuangan kaum laki-laki. Para laki-laki itu boleh saja terbuang dan terbunuh, tapi ‘percetakan’ kader-kader mujahid tangguh itu jangan sampai terhenti. Kita harus senantiasa melihat kesabaran, ketetapan hati, tekad kuat, keimanan, dan determinasi tinggi para muslimah.

Saudari-saudari muslimah kita di Irak, Afghanistan, Palestina, Somalia, Mindanau, Thailand Selatan, dan lainnya merupakan keajaiban-keajaiban Allah dalam hal ini. Beberapa di antara mereka bahkan melebihi ratusan mujahid dalam hal perjuangan, kesabaran, dan ketetapan hati. Pun demikian, kita bisa melihat di negara-negara Arab, betapa kesadaran religius dan eskatologis para muslimah lebih kuat daripada para laki-laki. Keikhlasan mereka untuk menopang perjuangan penegakan syariat Islam lebih tinggi dari kaum Adam.

Alhamdulillah, Rabb semesta alam, di negara-negara Barat kita menyaksikan keislaman, keimanan, dan kesadaran para istri ikhwan non-Arab yang jauh lebih dahsyat dari kalangan laki-lakinya. Dan bahkan, para istri ikhwan-ikhwan imigran Arab, mereka secara umum lebih baik dan ikhlas daripada suami mereka. Penulis pernah membaca sebuah artikel yang menceritakan keluhan-keluhan para wanita muslim mengenai kelesuan suami mereka dalam melakoni berbagai ibadah keagamaan. Jelas, keluhan-keluhan tersebut membuktikan betapa tinggi status saudari-saudari kita, dan membuktikan bahwa mereka bisa lebih baik dari para laki-laki, dengan bantuan Allah.

Tingginya perhatian setan, musuh-musuh Islam dan para pengikutnya terhadap hijab muslimah menunjukkan kepada kita pentingnya konflik ini. Oleh karena itu, tak heran jika Prancis –dengan segala permasalahannya— akan meluangkan perhatiannya untuk memerangi hijab, dan membuat undang-undang untuk mengharamkannya. Dan masih banyak lagi negara-negara Eropa yang mengikuti Prancis dengan segenap gerakan jahat mereka.

Demikian juga, tidak aneh jika kita mengikuti apa yang terjadi di banyak konferensi yang dilakukan musuh-musuh Islam, bahwa perhatian dan upaya akan dicurahkan untuk menghancurkan tatanan keluarga muslim, serta menjauhkan para muslimah dari identitas keislaman mereka.

Untuk menghancurkan Islam, mereka menghancurkan dahulu para wanita, para muslimah, para ‘tulang punggung’ umat. Maka kini terlihat kerusakan bukan saja pada kaum wanita, tetapi kerusakan moral umat pun telah terasa. Para musuh Islam membingkai usaha jahat mereka dengan kedok yang memesona dan bahasa-bahasa menyihir, semisal gerakan feminisme dan emansipasi wanita.

Para musuh Allah ini telah mengangkat isu-isu hak asasi, kebebasan, dan modernisasi untuk menghantam para muslimah. Padahal itu semua mereka lancarkan untuk kehancuran moralitas wanita secara umum dan muslimah secara khusus. Segala media dikerahkan, segala daya dicurahkan agar isu-isu ini termakan oleh para muslimah. Para muslimah dicekoki dengan ‘warna’ mereka. Para intelektual Barat dikerahkan untuk mengangkat isu-isu tersebut dengan menjelek-jelekkan dan menghujat Islam.

Para pendengki menyadari betapa muslimah merupakan salah satu benteng kuat yang signifikan dalam perjuangan Islam. Ya, mereka adalah benteng kokoh, jika dianalogikan dengan konstelasi pertempuran, sedangkan para laki-laki adalah prajurit yang secara langsung terjun di medan tempur. Jadi, peperangan ideologi ini tidak bisa diabaikan begitu saja.

Maka, setiap muslimah harus menyadari posisi mereka. ketahuilah bahwa kalian adalah intisari dan benteng umat. Para muslimah harus membekali diri dengan ilmu dan keimanan yang kokoh. Muslimah yang bodoh dan loyo adalah musuh untuk dirinya, suaminya, keluarganya, dan komunitasnya. Jangan terpedaya jebakan setan yang terejawantahkan dalam adat dan kebiasaan jahiliyah. Karena kebiasaan sosial jahiliyah yang rapuh adalah senjata para musuh Islam dan kaum liberal untuk ‘menjinakkan’ wanita muslim.

Wahai saudari-saudariku, jalanilah segenap wasilah kemenangan, dan bersabarlah. Jadilah seperti ibunda Nabi Musa dalam konteks pertikaiannya dengan Firaun. Dia harus bersusah payah dan mengorbankan putranya untuk dijatuhkan ke Sungai Nil, demi sebuah keyakinan bahwa Musa akan menjadi seorang rasul dan datang kembali memberangus kebatilan, serta mengibarkan bendera tauhid di bumi Mesir.

…Untuk menghancurkan Islam, mereka menghancurkan dahulu para muslimah. Para musuh Islam membingkai usaha jahat mereka dengan bahasa-bahasa menyihir, semisal gerakan feminisme dan emansipasi wanita…

Perteguhlah keislaman, dan bentengilah diri dari serangan yang dilancarkan musuh Allah lewat berbagai kedok dan tipu muslihatnya. Dalam kolomnya berjudul Golongan Perempuan Penghuni Surga, Saukya Singgih menyatakan, dengan keislaman yang teguh dan ketakwaan kepada Allah dan berusaha secara sungguh-sungguh untuk mencapai profil muslimah sejati, maka akan dapat melihat jelas segala tipu daya mereka.

Sesungguhnya jalan kepada pembentukan pribadi muslimah sejati bukanlah jalan yang mulus dan indah. Tetapi jalan yang penuh pendakian dan rintangan, jalan yang penuh onak dan duri, jalan melawan arus globalisasi jahiliyah. Hendaknya kita pahami betul hal ini. Seorang muslimah yang baik adalah muslimah yang menjadikan muslimah di zaman Rasulullah SAW sebagai cermin dan teladan kita.

Yakinlah bahwa kerja keras, keimanan, dan konsistensi kalian akan dibalas keridhaan dan pahala Allah, serta mendapatkan cinta kami, para laki-laki. Kami memiliki cinta, penghormatan, dan apresiasi sepenuhnya untuk para ibu, saudari, dan putri-putri muslim. Pun demikian, untuk para istri yang penyabar, kami senantiasa menyimpan cinta, pujian, dan rasa syukur. Tanpa kehadiran dan kerja keras kalian –dengan bantuan dan izin Allah— kami bukanlah apa-apa, dan putra-putri kami mungkin takkan memiliki masa depan.

SAAT JILBAB TERASA BERAT


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Aku persembahkan untaian mawar yg tak akan engkau selamanya,ingat selalu..dan pahamilah sebaik-baiknya...

<.Berjilbab sebelum menghadapi hisab.

<.Wanita tak berjilbab bagai rumah tak berpagar.

<.Kerudung lambang ketakwaan dan Islam....kerudung bukti rasa malu dan kesusilaan...kerudung menjaga kewibawaan dan kehormatan...kerudung mahkota terindah utk kecantikaanmu dan bukti terbesar atas kesopanan serta kesempurnaan dirimu.

<.Hai wanita Mukmin yg mulia.lindungilah tubuhmu darisorot tajam mata-mata keranjang...bentengi dgn perisai kesusilaan utk melumpuhkan panah-panah tajam,.

<.Bukankah satu hal konyol sekaligus memperhatikan bilakita melihat wanita tua menambal garis-garis keriput di wayahnya dgn kosmetik dan mengenakan pakaian laki-laki seperti celana panjang dan t-shirt.??.

<.Betapa Ruginya wanita yg tak berjilbab...ia sesat danlalai..ia jual surga dgn harga murah utk memberi neraka jahim dgn hargamahal,apakah diantara wujud iman kepada Allah itu mendahulukan maksiat kepada-NYA ketimbang menaati-NYA.??,Duh betapa ruginya para wanita,kala merekarela melepaskan sesuatu yg lebih baik dan mengambil yg tidak bergarga,yakni ketika mereka memilih bertabarruj mengantikan busana jilbab,sepadankah budaya buka-bukaan,ugil-ugilan keteranjangan bila dibandingkan dgn budaya malu,kesusilaan dan kewibawaan.?

Modal menikmati masa muda bagaimana yg engkau inginkan,sementara saat keluar ke jalan tanpa berhijab hakikatnya engkau melakukan dosa setiap orang memandangmu.?hitung setiap hari,berapa jumlah dosayg engkau pikul akibat tabarrujmu saat beribu-beribu pasangan mata laki-laki menatapmu.

Berpikirlah wahai wanita ,betapa sering engkau melakukandosa besar ini dan mempertontonkan aurat!,betapa banyak kehormatan yg telah engkaurampas??banyak sdh Fitnah yg engkau bangkitkan??berapa banyak mata tajam ygtelah menelan dagingmu dan menikmati kecantikaanmu??dan berapa banyak jiwakotor yg ingin menjalin hubungan dgnmu.??

Totallah jumlah dosa-dosa ini setiap kali engkau keluar danpergi sepanjang hayatmu,niscaya engkau mendapatinya sebagai dosa yg sangat berat,membuatmu tertatih-tatih memikulnya,dan engkau tak kan sanggup membawanya di hari kiamat.

Beginikah cara menikmati masa muda wahai wanita malang,tanpabatas dan aturan syariat??sesungguhnya jika ia mau merenungkan barang sebentar hal tersebut,pasti wajahnya merah merona karena malu dan ia akan menutup kecantikaan dan perhiasannya dari mata-mata buas yg tak tau malu.

Tidak berarti ketika memakai jilbab engkau hidup introvert,menjauh dari pergaulan masyarakat .sama sekali tdk,bahkan sebaliknya,islam menghendakimu menjadi pribadi yg supel,mudah akrab dan ramah dgn orang lain:enerjik dgn tetap menjaga rasa malu:rendah hati tanpa tdk rendah diri:memiliki harga diri tanpa di bumbui kesombongan:pemalu:tdk suka menyakiti:jujur:tdk banyak bicara:banyak berbuat:hati-hati:berbakti lagi suka menyambung silahturahmi,tahu terima kasih lg penyebar:siapa melihatmu,siapa berkawan dgn mu ia mencintaimu,dan seorang wanita yg murah senyum serta berpandangan luas.

Renungkanlah sendiri betapa berat beban dosa-dosa ini,dan utk selanjutnya .ingat kembali misimu dlm kehidupan ini,utk apa engkau diciptakan??engkau akan menemukan jawaban yg benar-benar kontras dgn realita yg engkau jalani,maka segeralah melakukan taubat tulus kepada Allah sebelum perjalanan ke negeri akhirat keburu lepas.

semoga bermanfa'at

ISTIMEWANYA WANITA ISLAM


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh


>.1.Wanita auratnya lebih susah di jaga berbandinglelaki.

>.2.Wanita perlu meminta ijin dari suaminya apabila mau keluar Rumah tetapi tdk sebaliknya.

>.3.Wanita saksinya kurang berbanding lelaki.

>.4.wanita menerima Pusaka kurang dari lelaki.

>.5.wanita perlu menghadapi kesusahaan mengandung dan melahirkan ana.

>.6.wanita wajib taat kepada suaminya tetapi suami tak perlu taat pada istrinya.

>.7.Talak terletak ditangan suami dan bukan istri.

>.8.wanita kurang dalam beribadat karena masalah haid dan nifas yg tak ada pada lelaki.

Makanya mereka nggak capek-capeknya berpromosi utk""MEMERDEKAAN WANITA ISLAM""

Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya)

Benda yg mahal harganya akan di jaga serta di simpan ditempat yg teraman dan terbaik,sdh pasti intan permata tdk akan dibiar terserak bukan.??

Itulah bandingannya dgn seorang wanita,wanita perlu taat kepada suami tetapi lelaki wajib taat pada ibunya 3 kali lebih utama daripada bapaknya,bukankah ibu adalah seorang wanita.??

Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tdk perlu di serahkan kepada suaminya.

Manakala lelaki menerima pusaka perlu mengunakan hartanya utk istri dan anak-anaknya.

Wanita perlu bersusah payah utk mengandung dan melahirkan anak,tetapi setiap saat dia di do'akan oleh segala makhluk,malaikat dan seluruh makhluk Allah di muka bumi ini,dan matinya jika karena melahirkan adalah SYAHID.

>Di akhirat kelak,seorang lelaki akan dipertanggung jawabkan terhadap 4 wanita ini<<

-istrinya,ibunya,anak perempuannya,dan saudara perempuannya.

>Manakala seorang wanita pula,tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki ini<<

-Suaminya,ayahnya,anak lelakinya,dan saudara lelakinya.

>>Seorang wanita boleh memasuki pintu surga melalui mana-mana pintu surga yg di sukainya cukup dgn 4 syarat saja<<

-sembahyang 5 wktu,puasa dibulan Ramadhan,taat pada suaminya dan menjaga kehormatannya.

Seorang lelaki perlu pergi berjihad Fisabilillah tetapi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggung jawabnya kepada Allah akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya Allah...demikian sayangnya Allah pada wanita ..khan..??

Maka berbahagialah engkau wanita-wanita Muslimah..

Tuesday, November 23, 2010

CURAHAN "AIR WAHYU" DI "TANAH HATI"


Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan ajaran yang diembankan Allah kepadaku yang berupa petunjuk dan ilmu sebagaimana halnya air hujan yang deras menyirami bumi. Ada di antaranya tanah yang bagus dan bisa menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tanam-tanaman dan rumput-rumputan yang banyak. Namun, ada pula tanah yang kering dan bisa menampung air yang dengan perantara itu Allah berkenan melimpahkan kemanfaatan kepada banyak manusia; mereka minum darinya, memberikan minum kepada ternaknya, dan mengairi lahan pertanian. Kemudian ada juga air yang jatuh pada tanah jenis lainnya. Hanya saja itu adalah tanah yang tandus dan tidak bisa menumbuhkan tanaman; tidak bisa menampung air dan tidak juga menumbuhkan tanam-tanaman. Maka itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan dapat mengambil manfaat darinya berupa ilmu yang Allah ta’ala berikan kepadaku; sehingga dia mengetahuinya dan juga mengajarkan ilmu itu kepada selainnya, dan perumpamaan orang yang sama sekali tidak mau ambil peduli dengan ajaran yang kubawa dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang disampaikan melalui perantara diriku.” (HR. Bukhari [79] dalam Kitab al-’Ilm yang dicetak bersama Fath al-Bari, 1/213, dan Muslim [2282/5912] dalam Kitab al-Fadha’il yang dicetak bersama Syarh Muslim [7/288] ini lafazh milik Bukhari).


al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan sebagaimana dinukil oleh al-Hafizh Ibnu Hajar, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan tentang ajaran agama yang beliau bawa seperti air hujan yang menyirami seluruh bumi, yang datang kepada manusia ketika mereka benar-benar sangat memerlukannya, maka demikian pula keadaan umat manusia sebelum diutusnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana air hujan dapat menghidupkan negeri (tanah) yang mati maka demikian pula ilmu-ilmu agama dapat menghidupkan hati yang mati.” (Fath al-Bari, 1/215).


Ibnu Baththal rahimahullah mengatakan, “Di dalam hadits ini terdapat pelajaran yang menunjukkan bahwa tidak ada yang menerima wahyu yang diturunkan Allah yang berupa petunjuk dan agama selain orang yang hatinya bersih dari kesyirikan dan keragu-raguan. Maka hati yang bisa menerima ilmu dan petunjuk itu seperti layaknya tanah yang selalu mengharapkan siraman air, sehingga ia bisa memanfaatkan air itu, hidup, dan kemudian menumbuhkan tanam-tanaman…” (Syarh Ibnu Baththal [ 1/161] as-Syamilah).


Sungguh benar yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika hati manusia diliputi dengan ketulusan, ikhlas dan keyakinan yang benar kepada Rabbnya niscaya ajaran Nabi akan mudah diterima dan dilaksanakannya. Sebaliknya, apabila hati itu dipenuhi dengan riya’, kesyirikan, dan kerancuan pemahaman atau bid’ah maka jauhlah ia dari jalan yang lurus. Apabila dia berbicara maka berdasarkan hawa nafsunya. Dan apabila dia bertindak pun mengikuti hawa nafsunya. Hawa nafsu telah menjadi panglima yang mengendalikan akal dan pikirannya. Sungguh malang apabila ternyata kita termasuk orang yang demikian itu… Nas’aullahas salamah!


Ibnu al-Qayyim mengatakan, “Tidaklah kamu jumpai seorang pembuat bid’ah dalam agama kecuali di dalam hatinya terdapat rasa sempit ketika menyimak ayat-ayat yang menyelisihi kebid’ahannya, sebagaimana kamu tidak akan menemukan seorang yang zalim lagi fajir (gemar berbuat dosa) melainkan di dalam hatinya akan muncul kesempitan tatkala menjumpai ayat-ayat yang menghalanginya untuk melampiaskan keinginannya (yang terlarang itu). Renungkanlah makna ini lalu pilihlah apa yang anda senangi bagi diri anda sendiri.” (al-Fawa’id, hal. 80).



Nikmat terbesar untuk kaum beriman, hujan deras yang menyemai benih kebahagiaan



Sesungguhnya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah karunia terbesar bagi kaum beriman. Hati mereka akan hidup dan merasakan lezatnya iman tatkala mereka mau menerima syari’at dan petunjuk Nabi ini dengan penuh lapang dada dan tangan terbuka.


Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang yang beriman yaitu ketika Allah mengutus di tengah-tengah mereka seorang rasul dari jenis mereka yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, yang menyucikan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah) padahal sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang amat nyata.” (QS. Ali Imran : 164).


Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman penuhilah panggilan Allah dan rasul-Nya jika sedang menyeru kalian untuk sesuatu yang menghidupkan [jiwa] kalian…” (QS. al-Anfal : 24).


Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kehidupan yang sejati dan baik adalah kehidupan pada diri orang-orang yang memenuhi seruan Allah dan rasul dengan lahir dan batinnya… Oleh sebab itu orang yang paling sempurna kehidupannya adalah yang paling sempurna dalam memenuhi seruan dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (al-Fawa’id, hal. 86).


Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa memenuhi seruan Allah dan Rasul itu merupakan konsekuensi dari keimanan. Makna dari memenuhi seruan Allah dan rasul ialah; tunduk kepada perintah-Nya dan bersegera melaksanakannya, mengajak orang lain untuk melakukannya, menjauhi larangan-larangan-Nya, menahan diri darinya dan melarang orang lain supaya tidak terjerumus ke dalam larangan-Nya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 318).

Beliau juga mengatakan, “Sesungguhnya kehidupan hati dan ruh adalah dengan menegakkan ubudiyah (penghambaan) kepada Allah ta’ala, senantiasa menjalankan ketaatan kepada-Nya, dan ketaatan kepada Rasul-Nya secara terus menerus.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 318).


Apabila ‘kemarau’ melanda hati manusia


Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kemarau yang melanda hati adalah kelalaian. Kelalaian itulah hakikat kekeringan dan kemarau yang menimpanya. Selama seorang hamba tetap mengingat Allah dan mengabdikan diri kepada-Nya niscaya hujan rahmat akan turun kepadanya sebagaimana layaknya air hujan yang terus menerus turun. Namun, apabila ia lalai maka ia akan mengalami masa kering yang berbanding lurus dengan sedikit banyaknya kelalaian yang terjadi padanya. Dan apabila ternyata kelalaian telah berhasil menjajah dan menguasai dirinya maka jadilah ‘buminya’ itu hancur dan binasa…” (Asrar as-Shalah, hal. 4).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh celakalah orang-orang yang hatinya keras karena tidak pernah mengingat Allah, mereka itulah orang-orang yang berada di dalam kesesatan yang amat nyata.” (QS. az-Zumar : 22).

Ketika menafsirkan ayat di atas, Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Bahwa orang-orang semacam itu tidak melembut hatinya untuk menerima [ajaran] Kitab-Nya, tidak mau mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya, serta tidak merasa tenang dengan berdzikir kepada-Nya. Bahkan hatinya selalu berpaling dari Rabbnya dan condong kepada selain-Nya. Maka mereka itulah orang-orang yang layak untuk mendapatkan kebinasaan yang amat sangat dan keburukan yang sangat besar.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 722).


Kemarau di hati akan menyumbat air mata taubat membasahi pipi


Saudaraku sekalian -semoga Allah menambahkan kepada kita keyakinan kepada-Nya- apabila kita cermati lagi kondisi hati kita barangkali keterangan dari ayat-ayat, hadits, dan ucapan para ulama yang kami nukil di atas akan menyadarkan kita bahwa salah satu sebab pokok jauhnya manusia dari jalan kebenaran dan sosok ideal pengikut jalan hidup para salafush shalih adalah karena jauhnya keadaan kita dari kondisi hati orang beriman yang sesungguhnya.


Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan (nama) Allah maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. al-Anfal : 2).


Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan ketika menerangkan kandungan ayat ini, “Ayat ini juga menunjukkan bahwa sudah semestinya setiap hamba menjaga kondisi imannya dan berusaha untuk menumbuh-kembangkan iman itu di dalam dirinya. Dan cara paling utama untuk bisa mewujudkan hal itu adalah dengan merenungkan Kitabullah ta’ala dan memperhatikan kandungan makna-maknanya.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 315).


Inilah realita yang menimpa kebanyakan manusia! Mereka jauh dari Kitabullah dan hanyut dalam urusan dunia mereka. Sehingga menyebabkan hati mereka keras dan mata mereka sedikit sekali meneteskan air mata taubat dan penyesalan atas dosa-dosanya. Inilah musibah besar yang dikeluhkan Rasulullah kepada Rabbnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan berkatalah rasul; ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. al-Furqan : 30).


Siapakah mereka yang telah menelantarkan al-Qur’an itu dan tidak mau mengacuhkannya? Tidak lain adalah kalangan pecandu dosa dan penggemar maksiat. Oleh sebab itu setelah menceritakan keluhan Nabi ini, Allah ta’ala menghibur beliau dengan firman-Nya (yang artinya), “Dan seperti itulah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi musuh dari kalangan orang-orang yang pendosa. Dan cukuplah Rabbmu sebagai pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. al-Furqan : 31). Seolah-olah Allah ingin mengatakan kepada Nabi-Nya bahwa kejadian semacam ini bukan saja menimpamu wahai Muhammad. Karena sesungguhnya para nabi sebelummu pun mengalami nasib yang serupa. Mereka juga dimusuhi oleh kaumnya dan Kitab sucinya tidak diindahkan oleh mereka. Maka janganlah engkau sedih, karena sesungguhnya yang memusuhi ajaranmu adalah barisan orang-orang yang wataknya memang gemar berbuat dosa (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 582).


Maka apakah yang terjadi -wahai saudaraku yang kucintai- apabila hati seorang manusia telah diliputi kecintaan yang sangat dalam kepada sosok-sosok biduanita, kecanduan yang sangat berat kepada irama musik yang menjauhkan umat dari Rabbnya, begitu haus akan warta terkini mengenai selebritis idolanya, gandrung akan mode busana ala bintang Hollywood Amerika, dan sangat hobi duduk di depan layar kaca menikmati sinetron-sinetron yang dusta, maka saksikanlah akibatnya; mushaf al-Qur’an yang bertebaran di negeri kaum muslimin seolah menjadi rongsokan tak berharga yang tak diminati oleh manusia. Maka jadilah hati mereka kering kerontang, malas menjalankan aturan agama, sedikit menangisi dosanya, bahkan merasa bangga dengan gaya hidup ala penduduk neraka. Laa haula wa laa quwwata illa billaah! Inilah keasingan ajaran Islam yang menimpa kaum muslimin dewasa ini; ketika cengkeraman Yahudi dan bala tentara Iblis tengah bekerja untuk menghabisi nyawa umat ini dan berusaha meluluhlantakkan benteng pertahanan mereka. Di manakah kita berada? Apakah kita termasuk antek Yahudi dan Iblis ataukah pengikut setia ajaran Kitabullah ta’ala? Semoga Allah melindungi kita dan melimpahkan taufik-Nya kepada kita. Sesungguhnya tipu daya syaitan itu sangatlah lemah…


Dipublikasi ulang dari abumuslih.wordpress.com

MENGAPA HATI INI MASIH MERASA IRI...!!!


Pernah mungkin kita mendengar kisah dua orang tetangga dekat bisa saling bunuh. Penyebabnya karena yang satu buka toko dan lainnya pun ikut-ikutan. Akibat yang satu merasa tersaingi, akhirnya ada rasa iri dengan kemajuan saudaranya. Tetangga pun tidak dipandang. Awalnya rasa iri dipendam di hati. Namun karena semakin hangat dan memanas, akhirnya berujung pada pertikaian yang berakibat hilangnya nyawa. Sikap seperti ini pun mungkin pernah terjadi pada kita. Namun belum sampai parah sampai gontok-gontokan. Rasa iri tersebut muncul kadangkala karena persaingan. Sikap iri semacam ini jarang terjadi pada orang yang usahanya berbeda. Jarang tukang bakso iri pada tukang becak. Orang yang saling iri biasanya usahanya sama. Itulah yang biasa terjadi. Tukang bakso, yah iri pada tukang bakso sebelah. Si empunya toko sembako iri pada orang yang punya toko yang semisal, dan seterusnya.

Perlu diketahui bahwa iri, dengki atau hasad –istilah yang hampir sama- adalah menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain. Asal sekedar benci orang lain mendapatkan nikmat, itu sudah dinamakan hasad, itulah iri. Hasad seperti inilah yang tercela. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

ان الحسد هو البغض والكراهة لما يراه من حسن حال المحسود

“Hasad adalah sekedar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.”[1]

Adapun ingin agar semisal dengan orang lain, namun tidak menginginkan nikmat pada orang lain itu hilang, maka ini tidak mengapa. Hasad model kedua ini disebut ghibthoh. Yang tercela adalah hasad model pertama tadi. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَبَاغَضُوا ، وَلاَ تَدَابَرُوا ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

“Janganlah kalian saling hasad (iri), janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi (saling mendiamkan/ menghajr). Jadilah kalian bersaudara, wahai hamba Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hasad Bisa Terjadi Pada Orang Beriman

Hasad bisa saja terjadi pada orang-orang beriman. Hal ini dapat kita lihat dalam kisah Nabi Yusuf dengan suadara-saudaranya. Sampai-sampai ayah Yusuf (Ya’qub) memerintahkan pada Nabi Yusuf agar jangan menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya agar tidak membuat mereka iri. Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 5)

Lalu lihatlah bagaimana perkataan saudara-saudara Yusuf.

إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.”(QS. Yusuf: 8). Lihatlah bagaimana hasad pun bisa terjadi di antara orang beriman, bahkan di antara sesama saudara kandung.

Hasad (Iri) Tidak Ada Untungnya

Patut kita renungkan bersama bahwa rasa iri sebenarnya tidak pernah ada untungnya sama sekali. Yang ada hanya derita di dalam hati. Orang yang hasad pada saudaranya sama saja tidak suka pada ketentuan atau takdir Allah. Karena orang yang hasad tidak suka atas ketentuan Allah pada saudaranya. Padahal Allah yang menakdirkan saudaranya jadi kaya, saudaranya punya kedudukan, saudaranya sukses dalam bisnis, dan lainnya. Orang yang hasad sama saja menentang ketentuan ini. Allah Ta’ala berfirman,

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf: 32). Padahal Allah yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya.

Orang yang hasad sama saja dengan orang yang menzholimi saudaranya. Oleh karena itu, orang yang didengki (dihasad) akan mendapatkan manfaat dari orang yang hasad di akhirat kelak. Kebaikan orang yang hasad akan diberikan pada orang yang didengki (dihasad) dan kejelekan orang yang didengki (dihasad) akan beralih pada orang yang hasad. Bisa terjadi seperti ini karena orang yang hasad layaknya orang yang menzholimi orang lain. Sehingga penyelesaiannya dengan jalan seperti itu. Lebih-lebih lagi jika hasad tadi diteruskan dengan perkataan, perbuatan danghibah (menggunjing), tentu akibatnya lebih parah.[2]

Itu tadi adalah akibat di akhirat. Sedangkan di dunia, orang yang hasad pun menderitakan berbagai kerugian. Jika orang yang ia hasad terus mendapatkan nikmat, hatinya akan semakin sedih dan terus seperti itu. Bulan pertama, ia hasad karena omset saudaranya meningkat 50 %, ini kesedihan pertama. Jika bulan kedua meningkat lagi, ia pun akan semakin sedih. Begitu seterusnya, orang yang hasad tidak pernah mendapatkan untung, malah kesedihan yang terpendam dalam hati yang ia peroleh waktu demi waktu.

Cara Mengatasi Penyakit Hasad

Agar kita tidak terjerumus dalam penyakit hati yang satu ini, maka ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan, di antaranya:

Pertama: Pertebal iman dan rasa yakin pada takdir Allah, tentu saja dengan terus menambah ilmu.


Kedua: Mengingat akibat hasad yang berdampak di dunia maupun di akhirat.

Ketiga: Selalu bersyukur dengan yang sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667)

Keempat: Selalu memandang orang yang di bawahnya dalam masalah dunia. Dari Abu Hurairah, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى الْمَالِ وَالْخَلْقِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ

“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik [atau kenikmatan dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari no. 6490 dan Muslim no. 2963)

Dalam hadits lain disebutkan,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)

Kelima: Banyak mendoakan orang lain yang mendapatkan nikmat dalam kebaikan karena jika kita mendoakannya, kita akan dapat yang semisalnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang bertugas mengaminkan do’anya kepada saudarany). Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (HR. Muslim no. 2733)

Setelah mengetahui hal ini, masihkah ada iri pada saudara kita? Semoga Allah memberi taufik untuk terhindar dari penyakit yang satu ini. Amin, Yaa Mujibas Saailin.

LIHATLAH HATIMU


Rosulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang artinya: “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.”

Maka hati bagaikan raja yang menggerakkan tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatannya, jika hati tersebut adalah hati yang baik maka seluruh tubuhnya akan tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang baik, adapun jika hatinya adalah hati yang buruk maka tentunya juga akan membawa tubuh melakukan hal-hal yang buruk. Hati adalah perkara utama untuk memperbaiki manusia, Jika seseorang ingin memperbaiki dirinya maka hendaklah ia memperbaiki dahulu hatinya.

Ketahuilah, hati ini merupakan penggerak bagi seluruh tubuh, ia merupakan poros untuk tercapainya segala sarana dalam terwujudnya perbuatan. Hati laksana panglima yang memompa pasukannya untuk melawan musuh atau melemahkan mereka sehingga mundur dari medan peperangan. Karena hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan kematian, maka hati ini juga dibagi dalam tiga kriteria yakni hati yang mati, hati yang sakit dan hati yang sehat.


1. Hati yang Sehat

Yaitu hati yang selamat, hati yang bertauhid (mengesakan Alloh dalam setiap peribadatannya), di mana seseorang tidak akan selamat di hari akhirat nanti kecuali ia datang dengan membawa hati ini. Alloh berfirman dalam surat as-Syu’ara ayat 88-89:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Yaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang menemui Alloh dengan hati yang selamat (selamat dari kesyirikan dan kotoran-kotorannya).” (QS. Asy Syu’ara: 88,89)

Hati yang sehat ini didefinisikan dengan hati yang terbebas dari setiap syahwat, selamat dari setiap keinginan yang bertentangan dari perintah Alloh, selamat dari setiap syubhat (kerancuan-kerancuan dalam pemikiran), selamat dari menyimpang pada kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain Alloh dan berhukum kepada hukum selain hukum Rosul-Nya. Hati ini mengikhlaskan peribadatannya hanya kepada Alloh dalam keinginannya, dalam tawakalnya, dalam pengharapannya dalam kecintaannya Jika ia mencintai ia mencintai karena Alloh, jika ia membenci ia membenci karena Alloh, jika ia memberi ia memberi karena Alloh, jika ia menolak ia menolak karena Alloh. Hati ini terbebas dari berhukum kepada hukum selain Alloh dan Rosul-Nya. Hati ini telah terikat kepada suatu ikatan yang kuat, yakni syariat agama yang Alloh turunkan. Sehingga hati ini menjadikan syariat sebagai panutan dalam setiap perkataan dan perbuatannya.
Alloh berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap mendahului Alloh dan Rosul-Nya, bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurot: 1)

Pemilik hati yang sehat ini akan senantiasa dekat dengan Al Quran, ia senantiasa berinteraksi dengan Al Quran, ia senantiasa tenang, permasalahan apapun yang dihadapinya akan dihadapi dengan tegar, ia senantiasa bertawakal kepada-Nya karena ia mengetahui semua hal berasal dari Alloh dan semuanya akan kembali kepada-Nya. Di manapun ia berada zikir kepada Alloh senantiasa terucap dari lisannya, jika disebut nama Alloh bergetarlah hatinya, jika dibacakan ayat-ayatNya maka bertambahlah imannya. Pemilik hati inilah seorang mukmin sejati, orang yang Alloh puji dalam
Firman-Nya:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allohlah mereka bertawakkal (berserah diri).” (QS. Al-Anfaal: 2)

2. Hati yang Sakit

Hati ini adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Hati ini akan mengikuti unsur kuat yang mempengaruhinya, terkadang hati ini cenderung kepada “kehidupan” dan terkadang cenderung kepada “penyakit”. Pada hati ini ada kecintaan kepada Alloh, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada-Nya. Akan tetapi pada hati ini juga terdapat kecintaan kepada syahwat, ketamakan, hawa nafsu, dengki, kesombongan dan sikap bangga diri.

Ia ada di antara dua penyeru, penyeru kepada Alloh, Rosul dan hari akhir dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab kepadanya.

Pemilik hati ini akan senantiasa berubah-ubah, terkadang ia berada dalam ketaatan dan kebaikan, terkadang ia berada dalam maksiat dan dosa. Amalannya senantiasa berubah sesuai dengan lingkungannya, jika lingkungannya baik maka ia berubah menjadi baik adapun jika lingkungannya buruk maka ia akan terseret pula kepada keburukan.

Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu’, tawadhu’, lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.

Maka wahai kaum muslimin! hendaknya kita menginterospeksi diri kita sendiri, termasuk dalam golongan yang manakah hati kita? apakah hati kita termasuk dalam hati yang sehat, hati yang sakit atau malah hati kita telah mati? Maka renungkanlah Firman Alloh dalam surat Al-Kahfi ayat 49:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِراً وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَداً

“Dan diletakkanlah kitab (kitab amalan perbuatan), lalu kamu akan melihat orang-orang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan hadir (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.” (QS. Al Kahfy: 49)

Dan sebaliknya Firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi ayat 29-30:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلاً أُوْلَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَاباً خُضْراً مِّن سُندُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقاً

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (QS. Al Kahfy: 29,30)

3. Hati yang Mati

Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Robbnya, ia tidak menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya, ia tidak menghadirkan setiap perbuatannya berdasarkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati ini senantiasa berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan dunia walaupun di dalamnya ada murka Alloh, akan tetapi hati ini tidak memperdulikan hal-hal tersebut, baginya yang terpenting adalah bagaimana ia bisa melimpahkan hawa nafsunya. Ia menghamba kepada selain Alloh, jika ia mencinta maka mencinta karena hawa nafsu, jika ia membenci maka ia membenci karena hawa nafsu.

Alloh berfirman:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jaatsiyah: 23)

Pemilik hati ini jika dibacakan kepadanya ayat-ayat Al Quran maka dirinya tidak tergetar, ia senantiasa ingin menjauh dari Al Quran, ia lebih senang mendengar suara-suara yang membuatnya lalai, ia lebih senang mendengar nyanyian, mendengar musik, mendengar suara-suara yang menggejolakkan hawa nafsunya. Pemilik hati ini senantiasa gelisah, ia tidak tahu harus kepada siapa ia menyandarkan dirinya, ia tidak tahu kepada siapa ia berharap, ia tidak tahu kepada siapa ia meminta, kehidupannya terombang-ambing, ke mana saja angin bertiup ia akan mengikutinya, ke mana saja syahwat mengajaknya ia akan mengikutinya, wahai betapa menderitanya pemilik hati ini.

Wahai zat yang membolak-bolakkan hati, teguhkanlah hati kami diatas agamamu, wahai zat yang membolak-balikkan hati tuntunlah hati kami teguh di atas ketaatan kepada-Mu…

Judul asli : Wahai Manusia Lihatlah Hatimu
Penulis: Abu Sa’id Satria Buana
Murojaah: Ustadz Abu Sa’ad
di cop As dari catatan Mawaddah Hafilah di facebook