Wednesday, December 1, 2010

Dunia Tanpa Tabayyun


Bismillahirrahmanirrahim...

Internet adalah dunia ketika semua orang bebas berekspresi, bebas menulis, bebas berbagi informasi. Kebebasan itu membuat dunia ini tak terbatas, menjadi begitu luas. Tulisan yang saya buat ini hanya berupa sebuah atom didalam sekumpulan besar artikel yang tertulis di alam maya ini. Cari saja tulisan ini secara manual (entah bagaimana caranya) di antara milyaran artikel di internet, hampir niscaya, tidak akan ketemu. Untungnya ada mesin pencari macam mBah Google..

Ingatkah orde baru? Ketika seluruh informasi begitu terbatas, semuanya begitu terkontrol, meski kebenaran pun menjadi bungkam di hadapan kontrol itu. Lalu reformasi, dan terbukalah arus informasi seluas-luasnya, sebebasnya, sebenar-benarnya kebenaran, hingga sebobrok-bobroknya kebobrokan, semua ditampilkan. Positif? iya! Negatif? Jangan tanya, iya banget!

Maka seperti itulah internet, kebebasan dengan segala ekses negatifnya. Semua orang bisa menulis, dengan atau tanpa kompetensi tentang masalah yang dituliskannya. Dan banjir informasi terjadi, internet menjadi literatur besar untuk segala hal, padahal penulis literaturnya belum tentu kompeten. Dan ternyata muslimin pun menjadikan internet sebagai literatur dalam pencarian ilmu tentang agama mereka.

Ketika saya mulai mengenal aktifitas dakwah islam sekitar enam tahun silam, dan mulai bergabung dalam lingkaran dakwah, saya bersemangat untuk mencari tahu tantang segala hal tentang Islam. Agama yang saya peluk dari kecil, namun sampai dengan enam tahun lalu, hanya sedikit yang saya ketahui tentang Dien ini, hingga saya bertemu dengan senior-senior di kantor yang kebetulan aktivis dakwah. Maka saya pun tertarik dalam pusaran itu, lalu tersadar bahwa pengetahuan islam saya begitu minim, atau bahkan nyaris tak tahu apa-apa.

Di tengah semangat saya yang menggebu untuk tahu tentang Islam, saya mencari tahu dari berbagai tempat tentang syariat, tentang fikih, tentang apapun. Maka Internet, dunia yang serba luas dan efisien, ketika itu menjadi tujuan saya untuk mencari tahu. Lalu tersuguhlah di hadapan saya informasi-informasi yang menjadi nutrisi bagi ruhiyah muslim saya.

Namun ada yang aneh, ada nutrisi busuk beraroma perpecahan! Ya, ada perpecahan di antara saudara-saudara muslim saya!

Artikel-artikel di situs-situs itu, di blog-blog yang berwarna islam, mengapa yang ini menjatuhkan ulama yang satu itu, menghujat jamaah yang lain…? Ada banyak alasan yang dibeberkan, fakta-fakta mereka tentang ulama-ulama yang ini dan itu, bahkan fakta-fakta itu membuat beliau-beliau dinisbati sebagai ahli bid’ah, sesat dan sebagainya. Ulama-ulama itu, saya kenal, namanya sering disebut-sebut di kajian yang saya ikuti.

Saya buka situs berwarna islam lainnya, isinya berbeda, membela ulama yang dihujat… namun… menjatuhkan ulama yang lain!!!

Beginikah ukhuwwah?

Lalu waktu-waktu berikutnya, ketika saya menyambangi warnet – herannya – justru situs-situs “islami” yang saling hujat itu yang saya kunjungi… saya amat-amati komentarnya… lalu saya terbawa dalam perseteruan… Hati saya membela ulama yang satu, menjatuhkan jama’ah yang lain. Pikiran saya sudah terbawa pada arus ukhuwwah model baru, ukhuwwah jama’iyyah, tidak ukhuwwah islamiyyah. Racun itu baru saya sadari sekarang, bahwa dahulu saya pernah ikut dalam perdebatan busuk itu.

Segala tulisan-tulisan macam itu memang benar racun adanya, saya pun memutuskan untuk berhenti dari perdebatan-perdebatan perusak ukhuwwah itu sejak beberapa tahun yang lalu. Hingga saat ini saya ingin menuliskannya.

Imam Ibnu katsir menyatakan bahwa wajib bagi seorang muslim jika mendengar isu langsung menolaknya dan berprasangka baik, dan jika terasa di hatinya ada hal tidak baik tapi ia tidak memiliki bukti-bukti maka haram baginya menyebarkannya, semoga dengan demikian ia masih diampuni berdasarkan hadits Nabi SAW:

“Sesungguhnya Alloh mengampuni ummatku apa-apa yang ada dalam hatinya, selama tidak ia ucapkan atau ia lakukan.”(HR Bukhari dan Muslim)

Maka sebelum memiliki bukti-bukti maka kita tidak bisa kita mempercayai hujatan-hujatan yang ditujukan untuk pihak-pihak tertentu, apalagi membenarkan tuduhan yang kita tidak tau apa-apa tentangnya, lalu menyebarkan ke blog atau link, atau apa saja agar dibaca orang lain.

“Tapi di artikel itu dibeberkan bukti-buktinya kok!!”… Artikel tetap saja artikel, tanpa ada bukti nyata, hanya tulisan dari pihak kedua atau pihak kesekian… padahal tabayyun harusnya dilakukan dengan pihk pertama, alias pihak yang dihujat…

Namun sayang justru inilah yang terjadi, sharing informasi yang asal saja, semangat dakwah yang tak memperhatikan rambu ukhuwah bernama tabayun… Bahkan seringkali, hanya sekadar sharing saja sudah sok mengetahui segalanya tentang pihak yang dihujat, seolah dia kenal segala sepak terjangnya dengan mata dan telinganya sendiri. Lalu ribut dengan komentar-komentar yang menyudutkan…

Ingatlah, berprasangka baiklah, lalu tabayun, jika memang tak bisa tabayun, maka tetap berprasangka baiklah! Mengumbar isu, tak membuat kita menjadi lebih baik, tak membuat kita menjadi lebih berilmu, lebih alim! Jika tidak bisa berbicara baik, lebih baik diam! Jika tidak bisa nulis yang baik, mending jangan nulis!

Setiap jama’ah adalah kumpulan manusia, maka setiap ijtihad wajib atasnya ihtimal al-khatha’ (mengandung peluang untuk salah), maka berprasangka baiklah! Jangan sampai dzon-dzon kita menggiring kita menjadi manusia yang disebutkan dalam Surah An-Nuur 11,

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”

Dan ingatlah sesungguhnya internet itu adalah dunia yang nyaris tanpa tabayyun, seringkali informasi beredar begitu cepat, dengan semangat berbagi yang membabi buta, hingga semua orang bebas menafsirkan, tanpa tahu lagi penyebar berita awalnya… maka tak ada kata lain selain berbaik sangkalah! sebab tabayyun tak lagi mungkin….

Wallahu'alam bi Shawwab.

No comments: