Tuesday, March 15, 2011

Ciri Orang Besar Memulai Perubahan


Pagi yang indah selalu dihadirkan Allah SWT untuk kita yang memiliki keterpautan hati dan bisa merasakan betapa besar Cinta-Nya pada hambanya. Mata yang masih bisa melihat Keindahan itu, udara yang masih bisa kita hirup, aliran darah dan denyut nadi yang masih bisa kita rasakan, menunjukkan jika kita masih diberi eksistensi oleh-Nya. Rasulullah SAW yang melihat umatnya dari syurga Firdaus-Nya, mendoakan kita yang tak kenal letih memperjuangkan risalah dakwah untuk kejayaan Islam di Bumi Allah ini. Semoga kelak kita semua dikumpulkan bersama Baginda Rasul dan para keluarga serta sahabat.

Terkadang kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah. Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang sama, ternyata keluarganya ‘babak belur’, di kampus tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.

Jangankan mengubah Indonesia, mengubah keluarga sendiri saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap adik saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik. Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya adalah ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.

Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.

Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati. Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan oleh orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar.

Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.

Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah keluarga, sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa. Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan. Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.

Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Jadi teringat kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti ini:

Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu

Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal

Senyumlah pada setiap orang

Gunakanlah waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain

Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan

Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus.

Di awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum’at adalah awal minggu bagi umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu dimulai dari diri kita masing-masing.

Wallahualam bishowab

Antara Facebook dan Manusia Produktif


Kecanggihan teknologi informasi khususnya internet telah membawa kemajuan yang sangat pesat di seluruh aspek kehidupan. Berapa banyak kawan lama yang kembali bersilaturahim berkat situs jejaring rekaan Mark Zuckerberg bernama Facebook. Berapa banyak bisnis berjalan mulus dan berkembang berkat distribusi dan jaringan melalui internet. Berapa pula banyak orang yang menjadi religius berkat siraman rohani dari berbagai situs dakwah yang bertebaran di dunia maya.

Namun dibalik manfaat kecanggihan internet itu tidak sedikit pula mudharat yang bakal menimpa penggunanya. Edward Richardson, pria asal London, Inggris tega membunuh mantan istrinya. Penyebabnya hal sepele, yakni setelah mengetahui kalau mantan istrinya tersebut telah mengubah status ‘single’ di Facebooknya. Tidak sedikit juga pengguna internet menjadi tidak produktif karena waktunya habis terbuang hanya untuk memperhatikan perkembangan Facebooknya.

Jika Facebook dan produk internet lainnya telah melalaikan dan menurunkan produktivitas kita sebagai seorang muslim itu tandanya kita harus waspada. Islam –dengan ke-syumul-annya– menawarkan konsep “manusia produktif” kepada setiap orang sekaligus mengantarkan mereka menembus nilai-nilai ilahiyyah yang sering tertutup oleh tabir kegelapan jahiliyyah. Sekurang-kurangnya ada empat prinsip yang diutarakan sebagai konsep Islam dalam membina manusia menjadi muslim produktif, duniawi dan ukhrawi.

Yang pertama, mengubah paradigma hidup dan ibadah. Dalam Islam, hidup bukanlah menuju kematian, akan tetapi menuju kehidupan yang abadi. Hidup merupakan ladang yang akan dituai hasilnya di kehidupan abadi nanti. Sehingga hidup ini merupakan durasi penyeleksian manusia dari amalan-amalannya, dari produktivitasnya di pentas dunia. Mana di antara mereka yang tingkat produktivitasnya tinggi dan mana yang tidak. Allah swt berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS 51:56)

Apabila paradigma (cara pandang) terhadap Facebook dan produk internet lainnya sebagai sarana atau media yang memberikan kemudahan kepada kita untuk beribadah kepada Allah SWT maka peningkatan produktivitas kita akan mengalami lonjakan kenaikan yang tinggi karena media itu telah memberi banyak manfaat kepada kita, bukan menjadi sarana yang menjerumuskan kita kepada kesia-siaan, waktu yang terbuang dan berbagai kemudharatan lainnya.

Yang kedua, memelihara kunci produktivitas, yaitu hati. Rasulullah saw bersabda: “Ingatlah dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, itu tidak lain adalah hati”.

Hati merupakan “ruh” bagi semua potensi yang kita miliki. Jika hati kita bersih pikiran dan tenaga tidak akan tercurahkan serta tersalurkan hanya untuk melihat foto-foto orang lain, atau membaca komentar-komentar orang lain di Facebook. Jika hati kita bersih kita juga tidak akan berbuat iseng kepada orang lain dengan mengambil gambar orang lain untuk keperluan yang tidak bermanfaat.

Hati yang terpelihara dan terlindungi akan memancarkan energi yang mendorong manusia untuk beramal lebih banyak dan lebih berkualitas lagi. Produktivitasnya akan terjaga bahkan akan terus bertambah sedikit demi sedikit. Dan tidak hanya itu, ‘amaliyah-nya (produktivitas) pun akan mempunyai nilai yang abadi. Nilai ini adalah nilai keikhlasan yang jauh dari kepentingan-kepentingan pribadi dan duniawi.

Yang ketiga, bergerak dari sekarang. Seorang sahabat pernah berkata: “Jika engkau di pagi hari maka janganlah menunggu nanti sore, dan jika engkau di sore hari maka janganlah menunggu waktu besok”. Prinsip “bergerak dari sekarang” ini menunjukkan suatu etos kerja yang tinggi dan hamasah (semangat) beramal yang menggebu-gebu. Seorang muslim sangatlah tidak pantas jika menunda-nunda suatu amal, karena waktu dalam pandangan Islam sangatlah mahal (oleh karena itu, dalam Al-Qur’an Allah swt banyak bersumpah dengan waktu), Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengatakan bahwa “waktu adalah kehidupan” .

Dari prinsip ini, akan terlahir sosok-sosok manusia ‘amali. Manusia yang senantiasa menghiasi waktunya dengan produktivitas tinggi akan menjauhi hal-hal yang akan mengantarkannya kepada suatu yang sia-sia dan tak berguna. Apalagi menyibukkan waktunya untuk chatting yang tidak bermanfaat sampai melalaikan waktu shalat. Sosok muslim yang ideal telah digambarkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya, ia berkata: “Di antara tanda bagusnya Islam seseorang, ia senantiasa meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi dirinya”.

Yang keempat, kontinuitas dalam beramal. Dalam Islam, masa produktif ialah sepanjang hayat, selama ia masih menghirup kehidupan, maka ia dituntut untuk terus beramal dan menjaga produktivitasnya, walaupun amalan itu dilakukan sedikit demi sedikit.

Dengan prinsip kontinuitas ini, maka Islam dapat menjaga kestabilan produktivitas seorang muslim. Islam tidak membiarkan seorang muslim beramal “besar” kemudian setelah itu padam dan surut kembali. Dorongan kontinyu (dawam) dalam beramal dengan bentuk ahabul a’mali ilallah (yang paling disukai oleh Allah) merupakan dorongan terbesar bagi setiap muslim untuk senantiasa terus produktif dan menjaga produktivitasnya.

Seharusnya kita dapat menjadikan Facebook dan media internet lainnya sebagai sarana untuk menyebarkan fikrah Islamiyah yang bersih. Satu saja orang bisa tersentuh cahaya Allah melalui tangan kita tentu akan melapangkan jalan kita ke surga.

Dunia dan segala apa yang ada di dalamnya hanyalah sarana yang akan menghantarkan kita pada perjumpaan dengan yang Maha Pencipta. Jangan terlalu dicinta yang membuat waktu kita habis bersamanya. Amatlah merugi jika sarana itu justru menghantarkan kita kepada kehinaan di neraka jahanam. Sebagai seorang muslim kita memahami bahwa hidup ini hanya sekali. Hiasilah ia dengan sikap produktif, kreatif, inovatif dan prostatic. Semoga kita semua menjadi manusia yang beruntung. Amin…
artikel ini di copas dari dakwatuna.com

Fenomena Akhwat Facebook-ers


Suatu hari saat chatting YM, saat aku belum memiliki akun FB..

”Ada FB ga?”

”Ga ada. Adanya blog multiply. perempuanlangitbiru.multiply.com..”

Tak berapa lama kemudian.

”Kok foto di MPmu (multiply, red), anak kecil semuanya siih?? Fotomu mana?”, tanya seorang akhwat yang baru dikenal dari forum radiopengajian.com.

”Itu semua foto keponakanku yang lucu.. ”, jawabku.

Suatu hari di pertemuan bulanan arisan keluarga..

“De’ kok di FBmu ga ada fotomu siih??”, tanya kakak sepupu yang baru aja ngeadd FB-ku.

“Hehe.. Ntar banyak fansnya..”, jawabku singkat sambil nyengir.

Suatu siang di pertemuan pekanan..

“Kak, foto yang aku tag di FB diremove ya? Kenapa kak??”, tanya seorang adik yang hanya berbeda setahun dibawahku..

“He..”, jawabku sambil senyum nyengir yang agak maksa.

Suatu malam di rumah seorang murid.

”FBmu apa?? Saya add ya..”, tanya bapak dari muridku.

Setelah add FBku sang bapak bertanya: ”Kok ga ada fotonya siih??”

Aku hanya bisa ber-hehe-ria.

Dari beberapa kejadian itu, aku hanya bisa menyimpulkan bahwa yang pertama kali dilihat orang ketika meng-add FB seseorang adalah fotonya. Entahlah apa alasannya, mungkin memang ingin tahu bagaimana wajah sang pemilik akun FB, padahal kan yang di add biasanya yang sudah dikenal. Lantas jika memang sang empunya akun tidak memajang foto dirinya di FB, langsung deh jadi bahan pertanyaan, bahkan untuk seorang akhwat sekalipun.

Jika ditilik-tilik, fenomena foto akhwat yang bertebaran di dunia maya nampaknya sudah bukan barang asing lagi. Kita dengan mudah menemuinya termasuk di FB. FB yang merupakan suatu situs jejaring sosial begitu berdampak besar bagi pergaulan masyarakat dunia, pun termasuk pergaulan di dunia ikhwan akhwat.

Maraknya foto akhwat yang bertebaran di FB, membuat LDK (Lembaga Da’wah Kampus) suatu kampus ternama harus membuat peraturan yaitu tidak memperbolehkan akhwat aktivis da’wah kampus memajang foto dirinya di FB. Tentu saja banyak reaksi yang muncul dari peraturan dan kebijakan itu, mulai dari yang taat menerima dengan lapang dada sampai ada juga yang mem’bandel’. Namun apalah arti sebuah peraturan jika memang kita tidak mengetahui fungsi dan tujuannya dengan benar, dapat dipastikan peraturan hanya untuk dilanggar jika ditegakkan tanpa kepahaman.

****

Di suatu pertemuan para akhwat aktivis da’wah kampus..

”Ayolaaah,, foto bareng..”, rayuku sebagai fotografer ketika terheran-heran melihat seorang akhwat yang tidak mau ikut foto, menjauhi kumpulan akhwat yang siap-siap berpose.

Selidik punya selidik ternyata akhwat tersebut kapok untuk difoto karena fotonya beredar di FB padahal dia ga punya FB. Fotonya bisa beredar di FB karena teman-teman satu jurusan mengunduh foto momen bersama di FB yang tentu saja ada dirinya di dalam foto itu. Padahal saat itu, aku belum punya FB (hanya memiliki blog di multiply) dan tidak terbersit sedikit pun berniat untuk mempublish foto itu di dunia maya, yaaa hanya untuk disimpan di folder pribadiku. Foto kebersamaan dengan para saudari seperjuangan yang bisa membangkitkan semangat di saat-saat tak bersemangat, hanya dengan melihatnya.

Jika diperhatikan dengan seksama, ternyata benar bahwa orang-orang termasuk akhwat sudah terbiasa berkata: ”Nanti jangan lupa di upload n di tag in di FB ya..” setelah melakukan foto bersama.

Benar saja! Di suatu kesempatan berselancar di dunia maya, di saat aku akhirnya memutuskan membuat akun FB, melihat-lihat, berkunjung ke FB para akhwat, dan ternyata benar saja foto-foto akhwat dengan mudah dilihat para pengguna FB yang telah menjadi temannya. Aku yang memiliki kepribadian idealis-pemimpi agak terkejut juga melihat hal itu, secara baru terjun di dunia perFBan. Terkejut karena kecantikan para akhwat dengan mudah dinikmati oleh orang lain. Aku agak bingung juga harus bagaimana melihat fenomena akhwat facebook-ers. Ada kekhawatiran apakah terlalu idealisnya pikiranku yang mungkin sebenarnya mengunduh foto sudah menjadi hal yang biasa saja di kalangan para akhwat. Itulah realita yang ada. Entah apa yang melatarbelakangi para akhwat akhirnya mengunduh foto pribadinya atau bersama rekan-rekannya di FB.

Hingga akhirnya pada suatu hari, terjadilah sebuah percakapan:

”Kenapa siih yang dilarang majang foto itu cuma akhwat? Kenapa ikhwan juga ga dilarang?? Bukannya sama aja ya?? Sama-sama bakalan dinikmati kecantikan atau kegantengannya kan??”, tanyaku bertubi-tubi kepada seorang saudari yang sepemikiran denganku tentang fenomena foto akhwat di FB.

”Ya beda-lah.. Coba kita liat para cewek yang ngefans sama artis-artis cowok Korea, mereka cuma ngeliat cowok Korea itu sekadar suka-suka yang berlebihan.. Udaaaah,, hanya sebatas suka ngeliat. Tapi kalo cowok yang ngeliat foto cewek, itu beda. Kamu tau kan kalo daya lihat para cowok itu berbeda?? Ada pemikiran-pemikiran tertentu dari para cowok ketika melihat seorang cewek bahkan hanya sekadar foto.”

Hmm.. yayaya.. Memang aku pernah mendengar bahwa daya lihat seorang laki-laki itu 3 dimensi. Laki-laki bisa membayangkan dan memikirkan hal-hal yang abstrak diluar dari yang dia lihat. Bahkan katanya lagi, seorang laki-laki bisa saja memikirkan seorang perempuan tanpa berbusana hanya karena melihat seorang perempuan yang berbusana mini berlalu di hadapannya. Namun kebenaran itu belum bisa kubuktikan karena aku hanyalah seorang perempuan biasa bukan seorang laki-laki.

Pantas saja Allah memerintahkan kita untuk menahan pandangan, seperti dalam firman-NYA:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. . . . .” [QS. An-Nuur : 30-31]

Ayat ini turun saat Nabi Shalallahu a’laihi wassalam pernah memalingkan muka anak pamannya, al-Fadhl bin Abbas, ketika beliau melihat al-Fadhl berlama-lama memandang wanita Khats’amiyah pada waktu haji. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada Rasulullah Shalallahu a’laihi wassalam, “Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?” Beliau Shalallahu a’laihi wassalam menjawab, “Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka saya tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka.”

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa yang diperintahkan untuk menahan pandangan bukan saja laki-laki namun juga perempuan. Untuk itu, sudah seharusnya kita menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak seharusnya kita pandang.

Lalu apa hubungannya dengan pemajangan foto di dunia maya??

Jika dulu kasus menjaga pandangan hanya karena bertemu dan bertatap langsung, namun saat ini sudah lebih canggih lagi, tanpa bertemu dan bertatap pun, godaan menahan pandangan itu tetap ada. Ya! Bisa jadi dengan banyaknya bertebaran foto akhwat di dunia maya, itulah godaan terbesar. Buat para ikhwan, harus mampu menahan pandangan di saat berselancar di dunia maya, di saat-saat kesendirian berada di depan layar komputer ataupun laptop. Kondisikan hati terpaut dengan Allah saat-saat kesendirian, jangan sampai kita menikmati foto akhwat yang bertebaran di dunia maya. Buat para akhwat, yang memang merupakan godaan terbesar bagi para ikhwan, akankah kita terus menciptakan peluang untuk membuat para ikhwan ter’paksa’ memandangi foto-foto pribadi kita?

****

Kejadian demi kejadian yang kutemukan di dunia maya begitu banyak menyadarkanku akan pentingnya seorang akhwat menjaga dirinya untuk tidak mudah mengupload foto dirinya di dunia maya.

Beberapa hari belakangan ini, ketika sedang mencari desain kebaya wisuda untuk muslimah berjilbab di mesin pencari google, diri ini dipertemukan dengan sebuah blog yang bernama ’jilbab lovers’. Pecinta jilbab. Ya! Sesuai namanya, di blog itu berisi hampir semuanya adalah foto-foto muslimah berjilbab dengan berbagai pose. Di antara beberapa foto muslimah berjilbab itu, aku temukan 3 komentar yang mengomentari foto seorang gadis, aku akui gadis dalam foto itu sungguh cantik, memenuhi kriteria wanita cantik yang biasanya dikatakan sebagian besar orang. Beginilah kurang lebih komentar 3 orang laki-laki pada foto gadis itu dengan sedikit perubahan:

” Itu baru namanya gadis .. cantik nan islami.. sempuuuuurnaaaa… salam kenal..”

”Subhanallah ada juga makhluk Allah seperti ini ya..”

”Subhanallah..”

Jika kita lihat ke-3 komentar diatas, bisa dilihat bahwa komentarnya begitu islami dengan kata-kata Subhanallah namun juga menyiratkan bahwa sang komentator begitu menikmati kecantikan sang gadis di dalam foto. Hal ini menandakan bahwa siapapun yang melihat foto itu memang pada akhirnya akan menikmati kecantikan sang gadis berjilbab. Allahurobbi,, akankah kita -para akhwat- rela jika kecantikan diri kita dapat dengan bebas dinikmati oleh orang lain yang belum halal bagi kita bahkan belum kita kenal?

Mungkin akan ada sebagian dari kita -para akhwat- yang akan menepisnya: ”Aaahh,, itu kan foto close up. Kalo foto bareng-bareng ya gpp donk??”

Hmm.. ada satu lagi yang kutemukan di dunia maya mengenai foto muslimah berjilbab. Pernah suatu hari, ketika diri ini mencari gambar kartun akhwat untuk sebuah publikasi acara LDF (Lembaga Da’wah Fakultas) di mbah google, kutemukan foto muslimah berjilbab yang sudah diedit sedemikian rupa hingga menjadi sebuah gambar porno. Memang gambar itu tidak kutemukan langsung diawal-awal halaman pencarian google, tapi berada di halaman kesekian puluh dari hasil pencarian keyword yang aku masukkan. Terlihat foto wajah sang muslimah begitu kecil (kuduga dicrop dari sebuah foto) dan dibagian bawah wajah sang muslimah berjilbab diedit dengan dipasangkan foto/gambar sesuatu yang seharusnya tidak diperlihatkan. Naudzubillahimindzalik..

Bagaimana perasaan kita jika seandainya melihat foto diri kita sendiri yang sudah diedit menjadi gambar porno dan dinikmati oleh orang banyak di dunia maya? Atau bagaimana perasaan kita jika ada kerabat dekat yang melihat foto kita yang sudah diedit sedemikian rupa menjadi gambar porno?

Semoga saja hal ini tidak menimpa diri kita. Ya Rabb,, bantu kami –para akhwat- untuk menjaga kemuliaan diri kami..

Mungkin kita bisa mengambil teladan dari kejadian di bawah ini…

Suatu ketika, diri ini menemukan blog (multiply, red) seorang ustadz. Dalam blog itu, terlihat foto sang ustadz bersama ketiga anaknya yang masih kecil, tanpa terlihat ada istrinya. Di bawah foto itu diberi keterangan:”mohon maaf tidak menampilkan foto istri saya..”

Dari situ aku ambil kesimpulan bahwa sang ustadz sepertinya memang tidak ingin menampilkan foto sang istri. Bisa jadi karena begitu besar cintanya terhadap sang istri, maka tak boleh ada yang menikmati kecantikan sang istri selain dirinya, begitu dijaga sekali kemuliaan istrinya. Ya Rabb,, semoga kami -para akhwat- bisa menjaga kemuliaan diri kami..

Mungkin kita bisa mengambil hikmah dari kejadian di bawah ini…

Baru saja kemarin, di perkampungan multiply, MP, ada berita bahwa ada seorang ikhwan yang tiba-tiba minta ta’aruf dengan seorang akhwat padahal belum kenal sang akhwat dan hanya melihat foto sang akhwat di FB. Huufffhh.. ada-ada aja..

Jika diliat dari akar masalahnya mungkin berasal dari foto sang akhwat di FB, bukan begitu??

Jadi, apa yang akan kita –para akhwat- lakukan setelah ini??

****

Tulisan ini dipublish terutama ditujukan pada diri sendiri sebagai seorang akhwat yang masih harus terus belajar menjaga kemuliaan diri serta untuk saling mengingatkan para facebookers yang lain. Semoga kita bisa menjaga kemuliaan diri kita sebagai seorang akhwat ketika berada di dunia maya. Ketika kita -para akhwat- ingin mengupload foto pribadi atau bersama sahabat seperjuangan di dunia maya, tanyakan lagi pada hati kita: untuk apa foto itu dipublish di dunia maya, timbangkanlah masak-masak sebelum menguploadnya, lebih banyak manfaat atau mudharatnya. Tentunya bukan hanya masalah foto yang terpampang di dunia maya yang mengharuskan kita menjaga kemuliaan diri tapi juga ketika kita berinteraksi di dunia maya, entah melalui comment ataupun fasilitas chat yang bersifat lebih privacy.

”Kejahatan itu bukan hanya sekadar berasal dari niat seseorang untuk berbuat jahat tapi karena ada kesempatan. Waspadalah..Waspadalah..”

Semangat bermanfaat!

Jadikan dunia maya sebagai ladang amal kita
di copas dari dakwatuna.com
oleh lhinblue alfairuz

Friday, March 11, 2011

Pahlawan itu Ada Di sekitar KITA


Malam itu seorang ibu menunggu suaminya pulang dari kerja. Ibu itu cemas karena sampai jam setengah sepuluh malam suaminya belum juga pulang. Cemasnya bertambah ketika dentang jam dinding menunjukkan pukul sepuluh. Lambat laun kecemasannya berkurang tatkala ia mendengar suara langkah kaki mendekat kearah pintu. Disibakkan segera gorden yang menutupi kaca besar disamping pintu. Tak sabar ingin melihat suaminya pulang. Ternyata benar, suara langkah kaki itu milik suaminya. Dibukanya pintu untuk segera menyambut kepulangan suaminya.

Sesampainya di dalam rumah, suaminya mempersilahkan istrinya duduk seraya ia berkata, “Maafkan saya istriku, saya membuatmu cemas. Tadi saya harus menambah penghasilan kita untuk bersalinmu nanti. Sepulang kerja saya gunakan motor kita untuk menarik ojek di dekat kantor. Lumayan bisa nambah-nambah.” Sambil mengelus-elus perutnya yang buncit menjawab,”Saya khawatir terjadi apa-apa. Sudah jam sepuluh cuma kamu belum pulang juga. Kalau saya tiba-tiba mau melahirkan bagaimana?” Dengan penuh bijak suaminya menenangkan istrinya,”Makanya kita harus berdoa terus kepada Allah agar anak kita bisa lahir dengan selamat. Walau saya tidak ada di samping kamu, insyaallah, jika Dia berkehendak maka kamu dan anak kita akan diselamatkannya.”

Di pagi hari, istrinya mengeluh perutnya sakit. Sepertinya akan melahirkan. Dengan sigap suaminya memanggil taksi untuk membawa istrinya ke rumah bersalin terdekat. Di dalam taksi suaminya terus berdoa. “Ya Allah, jika Engkau berkehendak maka tidak ada satupun makhluk yang dapat menolak kehendak-Mu. Izinkanlah aku meminta pada-Mu Ya Robbi pencipta manusia. Istriku akan melahirkan, buatlah ia tenang dalam perjalanannya menuju rumah bersalin agar kegelisahanku berkurang. Ya Robbi, lancarkanlah persalinannya dan selamatkanlah keduanya. Ya Allah, karuniakanlah hamba anak yang sempurna dan sholeh, yang nantinya dapat membahagiakan kami di dunia dan akhirat.”

Sesampainya di rumah bersalin, dipanggilnya suster jaga untuk segera menolong istrinya yang akan melahirkan. Setelah dibawa ke dalam ruang bersalin oleh suster, suaminya menunggu di luar ruang. Harap cemas menyelimutinya. Gelisah menghampiri saat terdengar suara teriakan istrinya dari dalam ruangan. “Sepertinya proses persalinan sedang berlangsung,” pikirnya seraya ia memanjatkan doa kepada Allah agar Dia berkenan menyelamatkan istri dan anaknya. Ya, suaminya tak pernah lepas dari berdoa. Ia sangat yakin hanya kepada Allah ia memohon pertolongan.

Tak lama terdengarlah suara tangis bayi dari dalam ruang bersalin. Haru menyelimuti sang suami. Tak terasa air mata pun menetes deras. Ia bersimpuh sujud seraya berdoa mengucapkan terima kasih kepada Allah Swt, Sang Khaliq yang telah menyelamatkan anaknya. Mendadak muncul pertanyaan dalam hatinya, bagaimana dengan istrinya. Dilanjutkan sujudnya, kini ia meminta agar diselamatkan istrinya, ibu dari anaknya. Dalam sujudnya ia terkaget dengan suara derit pintu dan seorang wanita yang memanggilnya. Oh ternyata dokter yang menolong istrinya keluar dari ruang sambil berucap, “Selamat ya pak! Anak dan istri bapak selamat. Sekarang bapak bisa melihat ke dalam. Silahkan..”

Mendengar itu, ia langsung saja menerobos masuk ke dalam ruang. Dengan penuh cinta ia langsung menggendong bayinya. Lalu ia pun mengumandangkan azan dan iqomat di telinga kanan dan kiri. Saat azan dan iqomat dikumandangkan air mendadak deras mengalir keluar dari matanya. Rupanya ia tak kuasa menahan tangis haru. Selepas itu tak henti-hentinya ia bersyukur kepada Allah atas karunia dan nikmat yang Allah berikan berupa anak dan keselamatan anak-istrinya.

*****

Saudaraku,

Seringkali kita lupa akan sosok yang satu itu. Kisah di atas mungkin cukup untuk mengingatkan kembali sesungguhnya sosok pahlawan itu ada di sekitar kita. Bahkan mereka selalu bersama kita sehari-hari. Setiap pagi selalu membangunkan kita untuk sholat shubuh dan menyiapkan sarapan untuk keluarga. Tatkala kita sakit mereka yang pertama kali mengkhawatirkan keadaan kita dan membawa ke rumah sakit. Mereka tak peduli berapa biaya yang dikeluarkan agar kita sehat kembali. Di pikiran mereka, jangan sampai anak saya terlalu lama merasakan sakitnya.

Saudaraku,

Karena itu seorang ibu dengan rela, siang dan malam menjaga kita. Ia takut kalau kita memerlukan sesuatu atau hanya sekedar memberi minum. Ketika suhu badan kita meninggi ia pun panik berteriak memanggil dokter. Dalam kondisi seperti itu, seorang ayah dengan sekuat tenaga mencari penghasilan tambahan agar ia dapat membiayai pengobatan anaknya. Bahkan berbagai cara terkadang dilakukan. Jika perlu berhutang akan dilakoninya, pintasnya.

Itu hanya sebagian kecil realita dari sosok pahlawan itu. Dalam kondisi yang lain mungkin kita bisa mengingatnya kembali. Bagaimana dua orang pahlawan itu sibuk mempersiapkan berbagai hal tatkala mendengar anaknya masuk ke perguruan tinggi. Mereka tak pernah mengeluh hatta mereka tidak memiliki uang sedikit pun. Mereka selalu menutupi kondisi sebenarnya dengan baik, hanya untuk menyenangkan hati anaknya. Prinsip mereka, biarlah kami berkorban jauh dari kesenangan asalkan anak kami tidak sedih.

Cukupkah realita itu untuk mengkategorikan dua sosok, ayah dan ibu, sebagai pahlawan? Bahkan jika bisa seharusnya mereka menyandang, ’Pahlawan Sejati’ dari seluruh pahlawan yang pernah ada di negeri dan dunia ini. Karena ayah dan ibu, mereka berjuang dengan seluruh jiwa dan harta. Tak ada sejengkal dari jasadnya yang tak ia korbankan demi kebahagiaan anak tercinta. Tak ada sepeserpun uang yang mereka tak keluarkan untuk kepentingan anaknya. Bahkan yang kini kita sebut sebagai pahlawan, apakah mereka adalah Jenderal Sudirman atau Bung Tomo, mereka dilahirkan dan dibesarkan oleh dua sosok pahlawan ini.

Saudaraku,

Berbahagialah kalian yang disekitarnya masih ada dua sosok pahlawan, ayah dan ibu. Jagalah mereka dengan baik. Usahlah kita berperilaku tak baik pada mereka. Apalagi sampai kata ’ahh’ menghiasi mulut kita saat berbicara dengan mereka. Mereka lebih dari sekedar pahlawan tanpa tanda jasa. Jika perlu, apa yang mereka inginkan kita berusaha untuk memenuhinya. Melihat kita menjadi seorang sarjana adalah harapan mereka. Dan menjadi anak yang sholeh-sholehah, berbakti pada mereka, dan berguna bagi ummat adalah cita-cita mereka. Semoga kita dapat mewujudkannya!

Thursday, March 10, 2011

SYI'AH & SUNNI


Syi’ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه) ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Muslim Syi'ah mengikuti Islam sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan Ahlul Bait-nya. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah ShÄ«`Ä« (Bahasa Arab: شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah[rujukan?].

Etimologi

Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab شيعة Syī`ah. Bentuk tunggal dari kata ini adalah Syī`ī شيعي.

"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya "pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka humulfaaizun)[1]

Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara.[2] Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.[3] Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab.

Ikhtisar

Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.

Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.

Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.

Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.


Doktrin

Dalam Syi'ah terdapat apa yang namanya ushuluddin (pokok-pokok agama) dan furu'uddin {masalah penerapan agama). Syi'ah memiliki Lima Ushuluddin:

1.Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
2.Al-‘Adl, bahwa Allah SWT adalah Maha Adil.
3.An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia
4.Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam-imam yang senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian.
5.Al-Ma'ad, bahwa akan terjadinya hari kebangkitan.
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al-Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).Dimensi ketuhanan ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al-Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang). Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2) Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70) Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al-Maa'idah / QS. 5:17) Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149) Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96) Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat. Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2) Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70) Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al-Maa'idah / QS. 5:17) Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149) Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96) Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat. nabi sama seperti muslimin lain. I’tikadnya tentang kenabian ialah:

1.Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000.
2.Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad SAW.
3.Nabi Muhammad SAW suci dari segala aib dan tiada cacat apa pun. Ialah nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada.
4.Ahlul Baitnya, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9 Imam dari keturunan Husain adalah manusia-manusia suci.
5.Al-Qur'an ialah mukjizat kekal Nabi Muhammad SAW

Sekte dalam Syi'ah

Syi'ah terpecah menjadi 22 sekte[rujukan?]. Dari 22 sekte itu, hanya tiga sekte yang masih ada sampai sekarang, yakni:

Dua Belas Imam

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dua Belas Imam
Disebut juga Imamiah atau Itsna 'Asyariah (Dua Belas Imam); dinamakan demikian sebab mereka percaya yang berhak memimpin muslimin hanya imam, dan mereka yakin ada dua belas imam. Aliran ini adalah yang terbesar di dalam Syiah. Urutan imam mereka yaitu:

1.Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2.Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3.Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4.Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5.Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6.Jafar bin Muhammad (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
7.Musa bin Ja'far (745–799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
8.Ali bin Musa (765–818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
9.Muhammad bin Ali (810–835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi
10.Ali bin Muhammad (827–868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
11.Hasan bin Ali (846–874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari
12.Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi

Ismailiyah

Ismailiyah Disebut juga Tujuh Imam; dinamakan demikian sebab mereka percaya bahwa imam hanya tujuh orang dari 'Ali bin Abi Thalib, dan mereka percaya bahwa imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan imam mereka yaitu:

1.Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2.Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3.Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4.Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5.Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6.Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
7.Ismail bin Ja'far (721 – 755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.

Zaidiyah

Zaidiyah Disebut juga Lima Imam; dinamakan demikian sebab mereka merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka dapat dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan imam mereka yaitu:

1.Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2.Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3.Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4.Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5.Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid, adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.

Kontroversi tentang Syi'ah

Hubungan antara Sunni dan Syi'ah telah mengalami kontroversi sejak masa awal terpecahnya secara politis dan ideologis antara para pengikut Bani Umayyah dan para pengikut Ali bin Abi Thalib. Sebagian kaum Sunni menyebut kaum Syi'ah dengan nama Rafidhah, yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna meninggalkan.[4] Dalam terminologi syariat Sunni, Rafidhah bermakna "mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar bin Khattab, berlepas diri dari keduanya, dan sebagian sahabat yang mengikuti keduanya".

Sebagian Sunni menganggap firqah (golongan) ini tumbuh tatkala seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba yang menyatakan dirinya masuk Islam, mendakwakan kecintaan terhadap Ahlul Bait, terlalu memuja-muji Ali bin Abu Thalib, dan menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk mendapatkan kekhalifahan. Syi'ah menolak keras hal ini. Menurut Syiah, Abdullah bin Saba' adalah tokoh fiktif.

Namun terdapat pula kaum Syi'ah yang tidak membenarkan anggapan Sunni tersebut. Golongan Zaidiyyah misalnya, tetap menghormati sahabat Nabi yang menjadi khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib. Mereka juga menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan pertentangan diantara para sahabat mengenai masalah imamah Abu Bakar dan Umar.

Sebutan Rafidhah oleh Sunni

Sebutan Rafidhah ini erat kaitannya dengan sebutan Imam Zaid bin Ali yaitu anak dari Imam Ali Zainal Abidin, yang bersama para pengikutnya memberontak kepada Khalifah Bani Umayyah Hisyam bin Abdul-Malik bin Marwan di tahun 121 H.[6]

Syaikh Abul Hasan Al-Asy'ari berkata: "Zaid bin Ali adalah seorang yang melebihkan Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai Abu Bakar dan Umar, dan memandang bolehnya memberontak terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai'atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakar dan Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka: "Kalian tinggalkan aku?" Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka "Rafadhtumuunii".[7]
Pendapat Ibnu Taimiyyah dalam "Majmu' Fatawa" (13/36) ialah bahwa Rafidhah pasti Syi'ah, sedangkan Syi'ah belum tentu Rafidhah; karena tidak semua Syi'ah menolak Abu Bakar dan Umar sebagaimana keadaan Syi'ah Zaidiyyah.
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: "Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka beliau (Imam Ahmad) menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakar dan Umar'."[8]
Pendapat yang agak berbeda diutarakan oleh Imam Syafi'i. Meskipun mazhabnya berbeda secara teologis dengan Syi'ah, tetapi ia pernah mengutarakan kecintaannya pada Ahlul Bait dalam diwan asy-Syafi'i melalui penggalan syairnya: "Kalau memang cinta pada Ahlul Bait adalah Rafidhah, maka ketahuilah aku ini adalah Rafidhah".

Perbedaan Islam syiah dan Islam Sunni

Barangkali ungkapan yang paling moderat dalam masalah konflik sunni syiah adalah masalah salah paham saja awalnya. Ada kelompok dari kalangan umat Islam yang punya pandangan politik yang berbeda pada awalnya. Dan perbedaan ini sesungguhnya masalah yang manusiawi sekali dan mustahil dihindarkan.

Namun masalahnya berkembang menjadi serius ketika perbedaan itu berkembang ke wilayah aqidah dan syariah. Lalu masing-masing pihak saling mengkafirkan dan menuduh saudaranya sesat bahkan murtad. Inilah yang sebenarnya dikhawatirkan sejak dahulu.

Memang benar bahwa ada sebagian dari akidah syiah yang sudah tidak bisa ditolelir lagi, bukan hanya oleh kalangan ahli sunnah, tetapi oleh sesama penganut syiah pun dianggap sudah sesat. Dan kita harus tegas dalam hal ini, kalau memang sesat kita katakan sesat.

Misalnya mereka yang tidak percaya kepada Al-Quran mushaf Utsmani, dan menggunakan mushaf yang konon susunan yang 100% berbeda. Kalau memang ada yang begitu, tentu kelompok ini sudah keluar dari agama Islam secara muttafaqun 'alihi.

Atau misalnya ada yang mengkafirkan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, maka jelaslah sikap ini tidak pernah bisa dibenarkan. Apalagi kelompok sempalan syiah yang menyatakan malaikat Jibril salah menurunkan wahyu, seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib dan bukan kepada Muhammad SAW. Astaghfirullahal-'adzhim. Tentu sempalan yang sudah sampai keluar batas ini sudah tidak bisa ditolelir lagi secara aqidah.

Tetapi kita tetap tidak bisa menggenalisir bahwa semua lapisan umat Islam yang ada aroma syiahnya pasti sesat, kafir atau murtad. Rasanya sikap itu kurang bijaksana. Mengapa?

Sebab di berbagai belahan dunia Islam, katakanlah seperti di Iraq sana, ada banyak komunitas yang secara tradisional menjadi penganut syiah secara keturunan. Kakek moyang yang melahirkan keturunan itu bukan orang jahat yang beniat busuk kepada agama Islam. Mereka menjadi syiah karena keturunan dan tidak tahu menahu tentang urusan koflik syiah dan sunnah.

Lalu apakah kita akan memvonis mereka sebagai non muslim, hanya karena mereka tanpa sengaja lahir dari keluarga syiah? Rasanya tidak begitu sikap kita.

Yang barangkali perlu diwaspadai adalah orang-orang jahat betulan yang berusaha menghancurkan agama Islam dari dalam dan menjadi pemeluk syiah sesat. Mereka inilah yang menggulirkan ajaran sesat di dalam syiah sehingga akhirnya muncul ajaran yang aneh-aneh seperti di atas.

Oleh karena itu kita harus tegas tapi tidak boleh asal tebas. Ada kalangan syiah yang memang sesat dan tidak berhak lagi menyandang status muslim. Tetapi kita juga harus dewasa, bahwa ada kalangan yang dianggap berbau syiah atau kesyiah-syiahan, tetapi sesungguhnya masih bisa ditolelir kekeliruannya.

Mengapa kita perlu bijak dalam masalah ini?

Karena kita tahu bahwa musuh-musuh Islam bergembira ria melihat umat Islam di Irak berbunuh-bunuhan, hanya karena urusan syiah dan sunnah. Jangan sampai isu negatif perbedaan syiah sunnah terbawa-bawa ke negeri kita juga. Sudah terlalu banyak pe-er umat Islam, maka sebaiknya kita jangan memancing di air keruh. Jangan sampai kita memancing yang tidak dapat ikannya tapi airnya jadi keruh. Sudah tidak dapat ikan, kotor pula.

Karena itu dialog antara sesama tokoh dari kalangan syiah dan sunnah ada baiknya untuk dirintis. Tentu untuk sama-sama menuju kepada kerukunan, bukan untuk cari gara-gara. Rasanya masih banyak ruang persamaan di antara keduanya, ketimbang kisi-kisi perbedaannya.

Semoga Allah SWT memberikan kelapangan di dalam hati kita untuk menata hati ini menjadi hamba-hamba-Nya yang shalih dan melakukan ishlah. Amien

Wallahu a'lam bishshawab,
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,.

Thursday, March 3, 2011

WAHAI ISTRIKU..

Wahai isteriku,
Jika kau harapkan kepadaku untuk menghargai dirimu

aku tidak mampu memberikannya selalu

kerana terkadang aku juga lemah tidak terdaya

Wahai isteriku
Berharaplah pada Allah SWT

Karena Allah SWT yang memegang jiwaku

agar aku menghargai dirimu


Wahai isteriku
Jangan sesekali kau menangis karenaku

tetapi menangislah karena Allah SWT

yang terkadang kau lupa akan diriNya

karena terlalu mengharapkan penghargaan daripadaku


Wahai isteriku
Aku takut meletakkan harapanku kepadamu

karena aku lebih mengharapkan Allah SWT

untuk membimbingmu menjadi isteri yang terbaik untukku


Wahai isteriku
Aku takut menghargai dirimu

melainkan penghargaan atas kehendak Allah SWT

karena aku hanya menurut kehendak Allah SWT


Wahai isteriku
Dikala kau bersedih karenaku

ketahuilah bahwa kau sedang jauh dari Allah

karena kau mengharapkan diriku lebih daripadaNya


Wahai isteriku
aku tidak mampu membahagiakan dirimu

karena aku hanya mampu melakukan yang terbaik untukmu

tetapi Allah SWT yang memberikan kebahagiaan itu untukmu


Wahai isteriku
simpanlah air matamu hanya untuk Allah

bukan untuk diriku

kerana aku bimbang kau lebih mengharapkan aku daripada Allah


Wahai isteriku
sesungguhnya aku menyayangi dirimu

hanyalah karena Allah SWT

yang melantik diriku menjadi wakil utk menyayangimu


Wahai isteriku
sesungguhnya aku menjadi penemanmu

semata-mata karena Allah SWT

yang mewakilkan diriku untukmu yang dikasihiNya


Wahai isteriku
Sesungguhnya aku juga insan yang lemah

yang sekedar memiliki kodrat

hanya atas apa yang Allah izinkan untukku


Wahai isteriku
tuntutlah penghargaan kepada Allah SWT

pasti nanti Allah SWT menggerakkan diriku

untuk menghargai dirimu


Wahai isteriku
semoga kita sentiasa diberi mawadah, rahmah dan sakinah

oleh Allah SWT

dengan semata-mata mengharapkan diriNya

Wahai isteriku,
aku ridho dan rela dirimu mencintai Allah

lebih daripada mencintai diriku

Karena aku yakin, apabila dirimu mencintai Allah lebih daripada mencintaiku,

kau bukan sekadar mencintai diriku,

malah pastinya kau ridho dan sanggup berkorban apa saja

sepenuh hatimu untukku dan bersama denganku.

Dan semuanya yang kau relakan itu hanya karena cintamu pada Allah SWT.


Wahai isteriku,
Aku mencintaimu karena Allah SWT dan aku mengharapkan kau juga begitu.

Ya Allah, ajari kami ya Allah untuk menyayangi antara kami ya Allah.

Ajari kami untuk menghargai diri kami ya Allah.


Jagai jiwa kami ya Allah.

Sesungguhnya perkahwinan kami ini atas kehendakMu ya Allah.

Kami serahkan seluruh kehidupan kami kepadaMu ya Allah.

Terima kasih ya Allah..terima kasih.


Semoga bermanfa'at
puisi ini di copas dari catatan mimbar dakwah di facebook

MUHASABAH DIRI

Hari demi hari usiamu kian berkurang,

Tapi engkau tidak pernah menyadarinya.

Setiap hari Allah datangkan rezki kepadamu,

Tapi engkau tidak pernah memujiNya.

Dengan pemberian yang sedikit, engkau tidak pernah mau berlapang dada.

Dengan pemberian yang banyak, engkau tidak juga pernah merasa kenyang.



Wahai manusia !



Setiap hari Allah datangkan rezki untukmu.

Tapi setiap malam malaikat datang kepadaNya dengan membawa catatan perbuatan jelekmu.

Engkau makan dengan lahap rezkiNya,

Tapi engkau tidak segan-segan pula berbuat durjana kepadaNya.



Wahai Manusia !



Allah kabulkan jika engkau memohon kepadaNya,

KebaikanNya tak putus-putus mengalir untukmu.

Namun sebaliknya, catatan kejelekanmu sampai kepadaNya tiada henti.

Allah adalah pelindung terbaik untukmu,

Tapi engkau hamba terjelek bagiNya.



Wahai Manusia !



Kau raup segala apa yang Allah berikan kepadamu,

Tapi Allah tutupi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan.

Tidak malukah kalian kepada Allah?



Wahai Manusia !



Engkau melupakan Allah

Tapi engkau ingat pula kepada yang lain.

Kepada manusia engkau merasa takut,

Tapi kepada Allah engkau merasa aman-aman saja.

Pada manusia engkau takut dimarahi,

Tapi pada kemurkaan Allah engkau tak peduli.



Wahai Manusia !



Bersujudlah dan bertaubatlah kepada Allah SWT serta menangislah.

Betapa banyak dosa yang telah kita lakukan selama ini.

Lihatlah, betapa banyak kelalaian yang telah kita lakukan selama ini!



Ya Allah,



Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-Mu yang luas

Aku hanyalah setetes embun di lautan-Mu yang meluap hingga ke seluruh samudera

Aku hanya sepotong rumput di padang-Mu yang memenuhi bumi

Aku hanya sebutir kerikil di gunung-Mu yang menjulang menyapa langit

Aku hanya selonggok bintang kecil yang redup di samudera langit Mu yang tanpa batas.



Ya Allah,



Hamba yang hina ini menyedari tiada artinya diri ini di hadapan Mu.

Tiada Engkau sedikitpun memerlukanku,

Tapi hamba ini terus menggantungkan segunung harapan pada Mu.



Ya Allah,



Ibadahku hanya sepercik air

Bagaimana mungkin sepercik air ini dapat memadamkan api neraka Mu.

Betapa sedar diri ini begitu hina dihadapan-Mu.

Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhluk-Mu.

Diri yang tangannya banyak maksiat ini,

Mulut yang banyak maksiat ini,

Mata yang banyak maksiat ini,

Hati yang telah dikotori oleh noda ini,

Yang memiliki keinginan setinggi langit,

Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu Yang Mulia?



Ya Allah,



Ampunilah aku dan saudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku,

Berikanlah kejayaan dan mudahkanlah urusan mereka,

Mungkin tanpa kami sedari,

Kami pernah melanggar aturan Mu.



Ya Allah,



Ampunilah kami,

Pertemukan kami dalam syurga Mu dalam bingkai kecintaan kepada Mu.



Ya Allah,



Siangku tak selalu dalam iman yang teguh,

Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,

Pagiku tak selalu terhias oleh zikir kepada Mu,

Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit

Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu,

Atau dalam maksiat kepada Mu.

Ya Tuhanku tutuplah untuk kami dengan sebaik-baiknya penutupan !!!



Ya Allah,



Kami bukanlah hamba Mu yang pantas memasuki syurga firdaus Mu,

Tidak pula kami mampu menanggung akan siksa api neraka Mu,

Berilah hamba Mu ini ampunan, dan hapuskanlah dosa-dosa kami,

Sesungguhnya hanya Engkaulah Sang Maha Pengampun.



Ya Allah,



Dosa-dosa kami seperti butiran pasir dipantai,

Anugerahilah kami ampunan wahai Yang Maha Agung,

Umur kami semakin berkurang setiap hari,

Tapi dosa-dosa kami terus bertambah.

Adakah pintu taubatku masih terbuka?



Ya Allah,



Hamba Mu yang penuh maksiat ini bersimpuh menghadapMu,

Ku akui dosa-dosaku dan memohon ampun kepadaMu,

Ampunilahku Ya Allah,

Kerana hanya Engkaulah Sang Pemilik Ampunan ...



Semoga bermanfa'at..



sumber:Andhika Al-Banjari Mtp

di copas dari Catatan MIMBAR DAKWAH di facebook.