Monday, March 16, 2009

Mulailah dari Akhir

Pertemuan kemarin dengan seseorang yang membuat jiwa dan pikir bergerak kembali membuat nyawa, jiwa serta pikirpun harus berpikir lebih panjang. Kata yang mengalir dari seorang sahabat (ummahat)....Bagaimana Ukh? Apakah pertemuan ini bukan pertemuan yang bermanfaat?....Saya hanya cukup diam dan tidak mengomentari, tapi beliau sudah sangat paham dengan apa yang ada dipikiran saya. Karena sebelumnya kami telah bersua untuk menyelesaikan amanah yang memang harus segera diselesaikan, hingga tidak ada yang hilang dalam jalan juang ini.
Subhanallah, itu kata tepat yang keluar dengan spontan dari mulut saya. Apalagi yang saya khawatirkan tentang pernyataan beliau dari pertemuan yang hanya 2,5 jam dan itupun adalah keberadaan terakhir beliau setelah tiga hari berada di kota kami. Dan Subhanallah, beliaulah yang meminta untuk bertemu dengan kami, dengan mengatakan...."Saya ingin bertemu dengan saudara-saudara saya yang sedang berjuang di kota ini"....Tak mampu dipungkiri, kemampuan beliau mewarnai hari dan hati membuat jiwa menjadi sejuk kembali. Karena dengan jujur Ia mengatakan, bahwa Ia senantiasa rindui pertemuan-pertemuan seperti ini, karena Ia senantiasa berada di luar kota dan dalam satu bulan Ia hanya dapat bertemu dengan saudara-saudara seperjuangan hanya satu kali.
Subhanallah, Tarbiyah Dzatiyahlah yang Ia lakukan. Aku jadi mengingat, bahwa tidak semua saudaraku sanggup menjalani Tarbiyah Dzatiyah ini, banyak alasan yang akan terlontar dari mulut mereka hingga mereka menemukan pembelaan diri agar terlindungi dari kesalahan dan kewajiban yang harusnya dilaksanakan. Dan ujung-ujungnya sebuah kata 'futur' yang akan terlontar dari saudara yang lainnya.
(Astaghfirullah)Malam itu, saya mencatat hal penting yang Ia sampaikan..."Mulailah dari Akhir"...Ternyata, segala sesuatu itu haruslah di awali dengan akhir. Kenapa Allah dalam surat cintaNYa banyak sekali menggambarkan tentang indahnya Surga dan Sedihnya berada di Neraka, ternyata Allah memberikan kita gambaran bahwa itulah gambaran akhir dari sebuah kiehidupan dan semua tergantung kita, mana yang kita pilih, mana yang kita penuhi untuk mencapainya.
Jika kita memilih akhir dari kehidupan ini adalah surga, maka pastilah kita telah men'design' kehidupan ini untuk mencapai SurgaNYa dengan sempurna. Kita tidak akan punya alasan apapun untuk tidak melakukan apapun, maka saya tidak mensangsikan ketika surat CintaNya menyatakan seperti ini;"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Mereka berperang dijalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka, bergembiralah dengan jula beli yang telah kamu lakukan itu dan demikian itulah keuntungan yang agung." (QS 9; 111)Hingga apapun akan dilakukan untuk mencapai SurgaNya....Ketika saya membaca ataupun mendengar ada seorang sahabat yang memilIki tujuan akhir dengan konkrit, lugas, jelas dan tepat seperti ingin menjadi seseorang yang sholih/sholihah, kaya raya, dermawan, ramah, memiliki anak yang sholih sholihah dan suami/istri yang beriman dan bermanfaat untuk siapa saja hingga agama dan da'wah ini menjadi sebuah kebutuhan, maka spontan saya mengaminkannya, karena telah jelaslah bagi saya, bahwa sahabat saya ini memiliki kepastian akhir yang pasti dan memang dalam mencapainya Ia tak pernah bermain-main dengan komitmen untuk tujuan akhir hidupnya....Hal yang sama, ketika saya bertemu dengan seorang sahabat yang menginginkan agar mempunyai istri atau suami atau pasangan jiwanya sholih/sholihah, maka tak disangsikan lagi, ketika melakukan ikhtiar optimal dengan menjadi seseorang yang sholih/sholihah dengan optimal pula dan menggunakan cara-cara yang benar, karena sahabat saya memahami, bahwa sebuah tujuan akan tercapai dengan penuh keridhoan ketika cara untuk mencapainya juga dilakukan dengan benar.
Saya jadi teringat, dengan yang disampaikan oleh Kekasih Allah, Tauladan kehidupan ini;"Sesungguhnya amal-amal itu (dinilai) dengan niatnya."(Fathul Bari: 1/15.. Nomor: 1). Hadits ini merupakan tolok ukur suasana batin manusia."Barang siapa yang melakukan sesuatu amalan bukan atas perintahku, maka ia tertolak." (HR. Muslim: 3/1343. Nomor: 1718).
Kejadian yang sama, ketika ada seorang sahabat yang meniatkan untuk membeli kendaraan ataupun menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah Ia rencanakan, maka itulah akhir yang Ia inginkan dan pasti optimal akan Ia penuhi dan lakukan.
Saya jadi berpikir ulang dengan semua yang pernah saya rencanakan tentang kehidupan saya, kehidupan keluarga saya, tentang adik-adik saya, tentang ibu dan bapak, dengan amanah-amanah saya, dengan pekerjaan saya, dengan aktivitas saya, semuanya tentang perencanaan kehidupan saya. Dan Subhanallah, semua memang berjalan sesuai dengan tujuan akhir saya. Mulai dari amanah saya, sampai dengan pekerjaan saya, tidak satupun terlewatkan, bahwa saya pernah menuliskan dan mencita-citakan dengan rapi. Begitu pula dengan cita-cita dan keinginan saya tentang orang tua saya, bahkan tentang adik saya. Subhanalah, tanpa disadari, saya telah belajar dan menjalaninya, bahwa saya telah memulai dari akhir, memulai dari cita-cita, tujuan, dan harapan akhir saya. Lupakan tentang saya. Saya justru ingin lebih menceritakan tentang ummahat yang menemani saya malam itu. Ia membuat saya lebih tertegun dengan cerita kehidupannya. Kekuatan untuk menjadi permata di jalan da'wah ini membuat Ia terus bertahan dan dengan mengatakan pada dirinya sendiri, bahwa Ia ada karena membutuhkan da'wah, Ia bertindak, berpikir, berlaku karena da'wah ini memerlukan ini. Sehingga, mengambil keputusan menikahpun, dan memilih jauh dari tempat kelahirannya, berpisah dengan orangtuanya adalah karena Ia memilih lahan da'wah di kota ini yang mampu memberikan Ia kesejukan angin semilir ditengahnya panas bumi yang menimpa kota ini hingga Ia tetap bersemangat untuk mencintai kota ini.Dan cerita lain yang saya dapatkan dari saudara saya, yang senantiasa menemani saya kemana saja.
Pilihan Ia menikah dan memilih tinggal di kota kami adalah Ia tak sanggup berpindah ke lain hati, ke lain kesibukan. Ia senantiasa merindui kesibukan amanahnya dijalan juang ini ketika Ia pulang kampung. Hingga tawaran menikah dari luar pun Ia lewatkan begitu saja dan memilih lelaki sholih yang diperkenalkan oleh teman kerjanya dan Subhanallah, Ia mendapatkan suami sholih yang berasal dari daerah yang berdekatan dengannya, hingga masih bisa pulang kampung tapi tetap menjadikan kota kami sebagai lahan jalan juangnya, lahan beramal sholihnya.
Belum dengan cerita dari sahabat dan saudara saya yang lainnya. Subhanallah.....kata apa lagi yang akan saya lampirkan, ketika dua cerita dari sahabat saya tadi, yang telah dengan jelas menggambarkan begitu tepatnya kata-kata, bahwa mulailah dari akhir yang berarti mulailah melakukan sesuatu dengan cita-cita yang telah kita inginkan, kita idam-idamkah, harapan yang telah kita impikan....Bagaimana dengan saya?....saya sedang mencatat dan belajar tumpukan pembelajaran itu sendiri, hingga berharap amalan ini tidak tertolak hanya karena keteledoran sikap, tingkah dan pemikiran serta pemahaman ini. Hingga saya menulis ulang apa yang sedang saya rencanakan tentang saya sendiri, karena saya sedang banyak merencanakan untuk orang lain...(tidak apa dan tidak akan pernah rugi, karena keberkahan itu tidak pernah meleset dari Yang Maha memberi keberkahan).Dan sebuah catatan penting selain itu, bahwa saya/kita pun hidup, berencana, berpikir, berpemahaman sesuai dengan prasangkaan saya/kita terhadap diri saya,/kita sendiri dan Sang pencipta, dan saya/kita pun tak ingin melingkarkan selendang kesombongan dalam semua aktivitas dan amanah yang ada, karena apalah artinya amanah, jika tidak ada keberkahan dan keridhoan yang membuat Allah lebih cinta pada saya, kita dan aktivitas saya, kita."Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." (QS. Luqman, 31: 22).“Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, danmatiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dandemikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (kepada Allah).”(QS. Al An'am, 6: 162-163).Hingga...tak perlu saya dan kita tanyakan lagi, bahwa tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan ini dan Allah telah menciptakan saya dan kita dengan sebaik-baiknya.....Subhanallah....Alhamdulillah....(Jika masih ada yang terlewatkan, maka tetaplah sama untuk mengatakan pada diri sendiri dan saudara-saudara saya yang sedang berjuang untuk kebaikan ini....FOKUSLAH pada sesuatu hingga kita bisa dengan bersemangat untuk memulai segala sesuatu dari AKHIR)
dari cerita seorang akhwat muslimah... di warnaislam.com

No comments: