Sunday, March 22, 2009

H I K M A H

Besarnya Akalmu menciptakan para hasud ( pendengki ) untukmu.
Sedangkan besarnya hatimu menciptakan para kawan untukmu.

Risalah Hasan Bashri RA yang mengharukan :

" Celakalah para pencari dunia
sedangkan ia adalah hina dina !
Demi Allah! Sungguh bani Israil telah menyembah berhala setelah mereka menyembah Allah yang Maha Rahman, Karena kecintaan mereka kepada dunia."

Ucapan Imam Syafi'i Rahimahulloh.

" Imam As-syafi'i berkata kepada arRabi' ibnu sulaiman: " wahai Rabi', Ridho manusia itu adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai. Maka kamu harus memperhatikan kemaslahatanmu. Uruslah hal itu , karena tidak ada jalan untuk memuaskan keinginan manusia.
Ketahuilah, Bahwasanya siapa mempelajari al-qur'an maka ia jadi agung dimata manusia. Barang siapa mempelajari Hadits maka hujjahnya akan menjadi kuat. Barang siapa mempelajari nahwu maka ia akan disegani. Barang siapa mempelajari bahasa Arab maka akan lembut perangainya. Barang siapa mempelajari matematika maka akan kuat pendapatnya. Barang siapa mempelajari fiqih maka akan mulia kedudukannya. Barang siapa tidak memelihara dirinya tidak akan bermanfaat ilmunya.
Kunci semua itu adalah taqwa."

Saturday, March 21, 2009

Kematian hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.

Dimana kau letakkan dirimu?Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut.

Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu.

Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ? "Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?Sekarang kau telah jadi kader hebat.

Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.

Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah? Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" .

Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri. Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana. Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku".

(Alm) Ust.Rahmat Abdullah

Monday, March 16, 2009

Mulailah dari Akhir

Pertemuan kemarin dengan seseorang yang membuat jiwa dan pikir bergerak kembali membuat nyawa, jiwa serta pikirpun harus berpikir lebih panjang. Kata yang mengalir dari seorang sahabat (ummahat)....Bagaimana Ukh? Apakah pertemuan ini bukan pertemuan yang bermanfaat?....Saya hanya cukup diam dan tidak mengomentari, tapi beliau sudah sangat paham dengan apa yang ada dipikiran saya. Karena sebelumnya kami telah bersua untuk menyelesaikan amanah yang memang harus segera diselesaikan, hingga tidak ada yang hilang dalam jalan juang ini.
Subhanallah, itu kata tepat yang keluar dengan spontan dari mulut saya. Apalagi yang saya khawatirkan tentang pernyataan beliau dari pertemuan yang hanya 2,5 jam dan itupun adalah keberadaan terakhir beliau setelah tiga hari berada di kota kami. Dan Subhanallah, beliaulah yang meminta untuk bertemu dengan kami, dengan mengatakan...."Saya ingin bertemu dengan saudara-saudara saya yang sedang berjuang di kota ini"....Tak mampu dipungkiri, kemampuan beliau mewarnai hari dan hati membuat jiwa menjadi sejuk kembali. Karena dengan jujur Ia mengatakan, bahwa Ia senantiasa rindui pertemuan-pertemuan seperti ini, karena Ia senantiasa berada di luar kota dan dalam satu bulan Ia hanya dapat bertemu dengan saudara-saudara seperjuangan hanya satu kali.
Subhanallah, Tarbiyah Dzatiyahlah yang Ia lakukan. Aku jadi mengingat, bahwa tidak semua saudaraku sanggup menjalani Tarbiyah Dzatiyah ini, banyak alasan yang akan terlontar dari mulut mereka hingga mereka menemukan pembelaan diri agar terlindungi dari kesalahan dan kewajiban yang harusnya dilaksanakan. Dan ujung-ujungnya sebuah kata 'futur' yang akan terlontar dari saudara yang lainnya.
(Astaghfirullah)Malam itu, saya mencatat hal penting yang Ia sampaikan..."Mulailah dari Akhir"...Ternyata, segala sesuatu itu haruslah di awali dengan akhir. Kenapa Allah dalam surat cintaNYa banyak sekali menggambarkan tentang indahnya Surga dan Sedihnya berada di Neraka, ternyata Allah memberikan kita gambaran bahwa itulah gambaran akhir dari sebuah kiehidupan dan semua tergantung kita, mana yang kita pilih, mana yang kita penuhi untuk mencapainya.
Jika kita memilih akhir dari kehidupan ini adalah surga, maka pastilah kita telah men'design' kehidupan ini untuk mencapai SurgaNYa dengan sempurna. Kita tidak akan punya alasan apapun untuk tidak melakukan apapun, maka saya tidak mensangsikan ketika surat CintaNya menyatakan seperti ini;"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Mereka berperang dijalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka, bergembiralah dengan jula beli yang telah kamu lakukan itu dan demikian itulah keuntungan yang agung." (QS 9; 111)Hingga apapun akan dilakukan untuk mencapai SurgaNya....Ketika saya membaca ataupun mendengar ada seorang sahabat yang memilIki tujuan akhir dengan konkrit, lugas, jelas dan tepat seperti ingin menjadi seseorang yang sholih/sholihah, kaya raya, dermawan, ramah, memiliki anak yang sholih sholihah dan suami/istri yang beriman dan bermanfaat untuk siapa saja hingga agama dan da'wah ini menjadi sebuah kebutuhan, maka spontan saya mengaminkannya, karena telah jelaslah bagi saya, bahwa sahabat saya ini memiliki kepastian akhir yang pasti dan memang dalam mencapainya Ia tak pernah bermain-main dengan komitmen untuk tujuan akhir hidupnya....Hal yang sama, ketika saya bertemu dengan seorang sahabat yang menginginkan agar mempunyai istri atau suami atau pasangan jiwanya sholih/sholihah, maka tak disangsikan lagi, ketika melakukan ikhtiar optimal dengan menjadi seseorang yang sholih/sholihah dengan optimal pula dan menggunakan cara-cara yang benar, karena sahabat saya memahami, bahwa sebuah tujuan akan tercapai dengan penuh keridhoan ketika cara untuk mencapainya juga dilakukan dengan benar.
Saya jadi teringat, dengan yang disampaikan oleh Kekasih Allah, Tauladan kehidupan ini;"Sesungguhnya amal-amal itu (dinilai) dengan niatnya."(Fathul Bari: 1/15.. Nomor: 1). Hadits ini merupakan tolok ukur suasana batin manusia."Barang siapa yang melakukan sesuatu amalan bukan atas perintahku, maka ia tertolak." (HR. Muslim: 3/1343. Nomor: 1718).
Kejadian yang sama, ketika ada seorang sahabat yang meniatkan untuk membeli kendaraan ataupun menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah Ia rencanakan, maka itulah akhir yang Ia inginkan dan pasti optimal akan Ia penuhi dan lakukan.
Saya jadi berpikir ulang dengan semua yang pernah saya rencanakan tentang kehidupan saya, kehidupan keluarga saya, tentang adik-adik saya, tentang ibu dan bapak, dengan amanah-amanah saya, dengan pekerjaan saya, dengan aktivitas saya, semuanya tentang perencanaan kehidupan saya. Dan Subhanallah, semua memang berjalan sesuai dengan tujuan akhir saya. Mulai dari amanah saya, sampai dengan pekerjaan saya, tidak satupun terlewatkan, bahwa saya pernah menuliskan dan mencita-citakan dengan rapi. Begitu pula dengan cita-cita dan keinginan saya tentang orang tua saya, bahkan tentang adik saya. Subhanalah, tanpa disadari, saya telah belajar dan menjalaninya, bahwa saya telah memulai dari akhir, memulai dari cita-cita, tujuan, dan harapan akhir saya. Lupakan tentang saya. Saya justru ingin lebih menceritakan tentang ummahat yang menemani saya malam itu. Ia membuat saya lebih tertegun dengan cerita kehidupannya. Kekuatan untuk menjadi permata di jalan da'wah ini membuat Ia terus bertahan dan dengan mengatakan pada dirinya sendiri, bahwa Ia ada karena membutuhkan da'wah, Ia bertindak, berpikir, berlaku karena da'wah ini memerlukan ini. Sehingga, mengambil keputusan menikahpun, dan memilih jauh dari tempat kelahirannya, berpisah dengan orangtuanya adalah karena Ia memilih lahan da'wah di kota ini yang mampu memberikan Ia kesejukan angin semilir ditengahnya panas bumi yang menimpa kota ini hingga Ia tetap bersemangat untuk mencintai kota ini.Dan cerita lain yang saya dapatkan dari saudara saya, yang senantiasa menemani saya kemana saja.
Pilihan Ia menikah dan memilih tinggal di kota kami adalah Ia tak sanggup berpindah ke lain hati, ke lain kesibukan. Ia senantiasa merindui kesibukan amanahnya dijalan juang ini ketika Ia pulang kampung. Hingga tawaran menikah dari luar pun Ia lewatkan begitu saja dan memilih lelaki sholih yang diperkenalkan oleh teman kerjanya dan Subhanallah, Ia mendapatkan suami sholih yang berasal dari daerah yang berdekatan dengannya, hingga masih bisa pulang kampung tapi tetap menjadikan kota kami sebagai lahan jalan juangnya, lahan beramal sholihnya.
Belum dengan cerita dari sahabat dan saudara saya yang lainnya. Subhanallah.....kata apa lagi yang akan saya lampirkan, ketika dua cerita dari sahabat saya tadi, yang telah dengan jelas menggambarkan begitu tepatnya kata-kata, bahwa mulailah dari akhir yang berarti mulailah melakukan sesuatu dengan cita-cita yang telah kita inginkan, kita idam-idamkah, harapan yang telah kita impikan....Bagaimana dengan saya?....saya sedang mencatat dan belajar tumpukan pembelajaran itu sendiri, hingga berharap amalan ini tidak tertolak hanya karena keteledoran sikap, tingkah dan pemikiran serta pemahaman ini. Hingga saya menulis ulang apa yang sedang saya rencanakan tentang saya sendiri, karena saya sedang banyak merencanakan untuk orang lain...(tidak apa dan tidak akan pernah rugi, karena keberkahan itu tidak pernah meleset dari Yang Maha memberi keberkahan).Dan sebuah catatan penting selain itu, bahwa saya/kita pun hidup, berencana, berpikir, berpemahaman sesuai dengan prasangkaan saya/kita terhadap diri saya,/kita sendiri dan Sang pencipta, dan saya/kita pun tak ingin melingkarkan selendang kesombongan dalam semua aktivitas dan amanah yang ada, karena apalah artinya amanah, jika tidak ada keberkahan dan keridhoan yang membuat Allah lebih cinta pada saya, kita dan aktivitas saya, kita."Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." (QS. Luqman, 31: 22).“Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, danmatiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dandemikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (kepada Allah).”(QS. Al An'am, 6: 162-163).Hingga...tak perlu saya dan kita tanyakan lagi, bahwa tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan ini dan Allah telah menciptakan saya dan kita dengan sebaik-baiknya.....Subhanallah....Alhamdulillah....(Jika masih ada yang terlewatkan, maka tetaplah sama untuk mengatakan pada diri sendiri dan saudara-saudara saya yang sedang berjuang untuk kebaikan ini....FOKUSLAH pada sesuatu hingga kita bisa dengan bersemangat untuk memulai segala sesuatu dari AKHIR)
dari cerita seorang akhwat muslimah... di warnaislam.com

Sunday, March 8, 2009

Memperingati Milad Rasulullah SAW


Umat islam di seluruh dunia sedang bergembira ria memperingati datangnya hari kelahiran Rasulullah SAW yang bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1430 dan bertepatan dengan hari Senin, 9 Maret 2009

peringatan ini berimbas keeratan hubungan hati dan kesucian jiwa umat manusia demi meneladani Sang Panutan SAW.Tahun ini kita memperingati hari kelahiran Pembuka Hati SAW dengan hati penuh luka dan noda yang disebabkan oleh kondisi umat Pemersatu Umat SAW saat ini yang pada umumnya terkontaminasi oleh unsur-unsur luar dan terkadang unsur-unsur dalam, sudah waktunya kita sadar agar jangan sampai kita menjadi konsumsi untuk kelompok ini ataupun kelompok itu, saatnya kita berbicara kepada umat dengan metode yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, jangan kita rubah dan jangan pula diganti dengan model terorisme ataupun cara kriminil lainnya yang sengaja dilancarkan oleh orang-orang yang sengaja mengeluarkan diri dari islam dan ajaran-ajarannya, semoga Allah mengeluarkan kita dari krisis saat ini, karena Dia adalah Dzat Yang Maha Mampu.

Salawat serta salam semoga selalu tercurah untuk baginda Nabi Muhammad SAW di bulan kelahirannya dan setiap saat, dan kami bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah Yang Masa Esa dan Maha Berkuasa.

Semoga untaian salawat serta salam selalu tercurahkan bagimu, wahai baginda Rasulullah SAW di hari kelahiranmu di hari dimana Allah menampakkan yang haq dari yang batil, hari ditampakkannya cahayamu bagi umat manusia dan hari keadilan bagi umat manusia, Salallallahu wa salaamuhu Alaika
Ya Rasulallah.

Thursday, March 5, 2009

Do'aku

Alhamdulillah Ya Robb....
Engkau Telah menjadikan Dia sebagai istriku.... maka jadikanlah Dia calon Ibu yang baik buat anak anakku kelak... dan berikanlah kepada kami keturunan yang soleh dan solehah, serta jadikanlah kami keluarga yang sakinah mawaddah warohmah... Ya Allah Selamatkanlah Aku dan semua keluargaku dari siksa api neraka-Mu, Ya Robb masukkanlah dan kumpulkanlah aku dan semua keluargaku didalam syurga-Mu... Amiiiin Ya Robbal Alamiin.
Doa ini selalu aku panjatkan di setiap sholatku, semoga Allah SWT mengabulkan segala permohonanku.. dan memudahkan segala urusanku.. Amiin Ya Robb..!!

Monday, March 2, 2009

On Taqwa

In His Name, be He glorified.
My Dear and loyal Brothers!
I have been tihinking recently of the principles of taqwa and good deeds, which after belief, are taken most often as fundamentals in the view of the Qur'an. Taqwa is avoid sins and what is forbidden, and a good deed is to act with in the sphere of what is commanded and in the way of gaining God's pleasure. While repelling evil and attracting benefit always take precedence, in these times of destruction extravagance and enticing sensuality, the revelling of evil-doing and giving up of grave sins, which constitute taqwa, have become essentialand have gained priority.
Since destructionand negative currents have reached horrific proportion at this time, Taqwa forms the strongest foundation in the face of them. One who performs the obligatory religius duties and does not commit grave sins will be saved. Good deeds performed with sincerity among grave sins such as those are successful to only a very small degree.
Also, under these difficult condition, an insignificant good deed becomes like much.
Furthermore, with in Taqwa is a sort of good deed, For it is compulsory to give up what is unlawfull. Performing a compulsory act gains a reward equal to many act that are sunna. In times such as these, through a small act and giving up hundreds of sins, avoiding a single unlawfull act in the face of the attacks of thousands of sins, is equal to performing hundreeds of compulsory acts. With the intention and aims of avoiding sins in the name of Taqwa, this important point constitutes a significant good deed proceding from 'negative' worship.
At this time must be to take taqwa as the basis of their conduct. since in the present day form of social life every minute a person is confronted with hundreeds of sins, for sure, through taqwa and the intention of a voiding them, it is a though hundreeds of goods works have been performed.
It is well known that twenty men can not construct in twenty days a place which one man destroys in one day. And while it is necessary for twenty men to work in the face of one man's destruction, in the face of thousands of destructive agents at the present time, the very great resistance and effectivness of a repirer like the risale-i Nur is truly extraordinary. If these two reciprocal forces were at the same level, the success and triumph in the repairs it would achieve would be miraculous.
In Short: Respect and compasion, the most important principles in administering social life, have been badly shaken. In some places the results have been most grievousand dreadful- concerning aged parents. Thanks to God that where ever the Risale-I Nur confronts this fear some destruction, it offers resistance and repairs the demage.
Like at the time of the companions of the prophet when a small act were the means of great rewards, God willing, the moral and spiritual struggles of the students of the Risale-i Nur in a situation such as this will be the means of good works and great reward.